Senin 27 Aug 2018 19:44 WIB

Jalur Cepat Harus Didukung Pelayanan Lain

Diharapkan setelah mendarat di bandara, jamaah tidak mencari rombongan dan regunya.

Jamaah haji dari Embarkasi Jakarta-Pondok Gede melalui jalur cepat keimigrasian di Bandara AMA Madinah, Selasa (17/7).
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Jamaah haji dari Embarkasi Jakarta-Pondok Gede melalui jalur cepat keimigrasian di Bandara AMA Madinah, Selasa (17/7).

Laporan Wartawan Republika.co.id, Erdy Nasrul dari Makkah  Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Kementerian Agama (Kemenag) menilai jalur cepat (fast track) keimigrasian harus didukung pelayanan lain. Salah satunya pengaturan jamaah per rombongan dan regu, sehingga ketika duduk di pesawat mereka tidak terpisah.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Prof Dr Nizar Ali menilai, pada musim haji tahun depan pemberangkatan mulai embarkasi ke Bandara dan kursi pesawat harus diatur sesuai rombongan. Hal ini dimaksudkan agar setelah mendarat di bandara, jamaah tidak mencari rombongan dan regunya.

“Kalau mereka masih terpencar, maka akan memakan waktu untuk berkumpul. Sementara jamaah haji lain ramai berdatangan dan memadati area bandara. Ini menjadi tidak efektif dan menjadi sorotan pihak pemerintah Saudi,” kata Nizar saat melepas jamaah haji gelombang pertama kelompok terbang (Kloter) PLM-01 di Misfalah Makkah pada Senin (27/8) dinihari.

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu akan menggandeng pihak maskapai agar mereka dapat memenuhi kebutuhan jamaah yang duduk di kursi yang berdekatan dengan rombongannya. Setelah mendarat, mereka tak perlu lagi menunggu teman rombongannya yang terpencar. Jamaah dapat langsung memasuki bus dan berangkat menuju hotel.

Dia menyetujui jamaah sudah mengenakan ihram sejak di Tanah Air. Hal ini juga merupakan bagian dari percepatan gerak jamaah. Kalau mereka sudah berihram, kemudian duduk di kursi yang berdekatan dengan rombongannya, maka ketika turun dari pesawat di Jeddah atau pun Madinah akan mudah digerakkan ke bus menuju hotel.

Tak hanya itu, ketidaksiapan lainnya juga terlihat dalam akomodasi. Saat jamaah tiba, hotel ternyata masih mempersiapkan kamar. Jamaah terpaksa menunggu dan berceceran di lobi. Jalur cepat yang bertujuan mengurangi kelelahan jamaah menjadi kurang maksimal, karena mereka harus menghabiskan waktu menunggu. Padahal, kata Nizar, kalau segera masuk kamar, mereka dapat lebih cepat beristirahat dan melanjutkan aktivitas.

Nizar mengatakan, hal seperti itu terjadi di hotel-hotel yang tidak dipesan sepanjang musim haji. Tahun depan pihaknya akan mengupayakan semua hotel jamaah haji Indonesia akan dipesan sepanjang musim haji, sehingga semuanya siap 100 persen menyambut jamaah.

Dengan begitu, ketika datang, jamaah dapat langsung merebahkan diri di kamar dan membersihkan badan. Setelah itu beraktivitas sesuai tempat. Yang di Madinah dapat melaksanakan shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Sedangkan jamaah di Makkah berumrah wajib yang merupakan bagian dari rangkaian haji tamattu’.

Tahun ini jalur cepat hanya difungsikan di dua embarkasi, yaitu embarkasi Pondok Gede Jakarta (JKG) dan Embarkasi Sukolilo Surabaya (SUB). Sejak awal pemerintah Indonesia meminta semua embarkasi menerapkan jalur cepat, tapi sumber daya belum memadai.

 

Pemerintah Saudi terkendala petugas keimigrasian. Sedangkan pemerintah Indonesia tak banyak memiliki bandara udara keberangkatan haji yang memiliki area konter keimigrasian yang luas. Nizar mengatakan paling tidak harus ada 20 konter agar antrean pemeriksaan dan pengecapan dokumen perjalanan tidak panjang.

 

Kepala Bidang Transportasi Subhan Cholid mengakui kebijakan fast track sangat berdampak terhadap pergerakan tim transportasi. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan maktab dan muassasah untuk mengelompokkan koper jamaah sesuai rombongan. Tujuannya ketika jamaah mendarat dapat dengan mudah menemukan barang bawaan tersebut dan langsung masuk bus.

“Kenyataannya, mereka tak mau mengumpulkan koper sesuai warna yang merupakan tanda rombongan. Kami banyak menguras energi mengurus bawaan ini,” kata Subhan.

Sebelum ada jalur cepat, ada jeda waktu satu hingga dua jam untuk mengurus koper. Kini tak ada lagi. Jamaah harus cepat masuk bus dan meninggalkan bandara. Kalau tidak, maka akan ada penumpukan dan menyebabkan area bandara dipadati jamaah haji. Kalau sudah seperti itu, katanya, petugas haji akan ditegur.

Hal tersebut menjadi bahan evaluasi pihaknya. Tahun depan, tim transportasi akan mendorong peran maktab dan muassasah agar mengelompokkan koper jamaah sesuai warna dan rombongan, sehingga memudahkan jamaah menemukan barang bawaannya. Setelah itu mereka langsung masuk bus dan menikmati pelayanan di sana.

Penerapan kebijakan jalur cepat keimigrasian di bandara-bandara Arab Saudi terhadap sebagian jamaah haji Indonesia membuat terkesan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sebagai amirul hajj Indonesia. Ia menginginkan tahun depan kebijakan itu bisa diterapkan untuk seluruh jamaah dari Tanah Air.

Setelah sampai di Arab Saudi jamaah hanya menjalani pemeriksaan tas yang ditenteng oleh petugas bea cukai. Karena proses keimigrasian seperti rekam biometrik, pemindaian sidik jari, dan foto, sudah dilakukan di Tanah Air.

Lukman menekankan, kelancaran itu tak hanya peran pihak Arab Saudi namun juga atas kesiapan embarkasi-embarkasi di Tanah Air. Kerja sama keduanya, menurut Menag, sudah berjalan baik jika menilik kedatangan jamaah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement