Sabtu 08 Sep 2018 18:26 WIB

Bangladesh Studi Banding Pengelolaan Haji Indonesia

Pengelolaan haji Bangladesh lebih banyak ditangani swasta.

Jamaah Haji Indonesia Kloter 19 Debarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) saat tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (5/9).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Jamaah Haji Indonesia Kloter 19 Debarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) saat tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (5/9).

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Perwakilan misi haji Bangladesh melakukan studi banding untuk mempelajari pengelolaan pelayanan haji Indonesia. Hal ini guna meningkatkan pengetahuan soal perhajian dan memperbaiki layanannya.

Perwakilan misi haji Bangladesh ABN Amin Ullah Nuri memuji penyelenggaraan pelayanan haji Indonesia karena bisa melayani dengan baik jamaah dalam jumlah besar sejak pendaftaran sampai pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi. Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Madinah Mohammad Khanif di Madinah, Sabtu (8/9), mengatakan kegiatan studi banding itu juga menjadi ajang tukar pikiran mengenai pengelolaan pelayanan haji.

"Studi banding dibutuhkan dalam rangka menggali juga bagaimana pelayanan jamaah mereka," katanya.

Dia menjelaskan dalam sistem penyelenggaraan pelayanan haji Bangladesh, swasta lebih banyak berperan karena kuota haji khusus negara Asia Selatan itu 100 ribu lebih sedangkan haji regulernya hanya 7.000 orang. Sementara Indonesia, kuota hajinya meliputi 204 ribu pendaftar layanan haji reguler dan 17 ribu pengguna layanan haji khusus.

"Justru kebalikan dari Indonesia, yang lebih banyak mengelola ibadah reguler ketimbang khusus," kata Khanif.

Biaya pelayanan haji reguler Bangladesh, menurut dia, juga lebih mahal ketimbang biaya haji khusus karena penginapan jamaah reguler berada lebih dekat dengan area utama ibadah. Selain Bangladesh, menurut Khanif, India juga mempelajari pengelolaan pelayanan haji Indonesia.

Ia menjelaskan India menggunakan sistem undian untuk menentukan keberangkatan jamaah haji, tidak seperti Indonesia yang menerapkan sistem urutan sesuai waktu pendaftaran. "Melihat sistem di Indonesia dianggap bagus, India tertarik. Katanya tahun depan akan mencontoh dan mengubah model pemberangkatan jamaahnya," kata Khanif.

Ia mengatakan studi banding penyelenggaraan pelayanan haji antarnegara penting untuk mendukung perbaikan layanan. "Menurut saya ini hal penting sehingga kita bisa belajar juga dari mereka hal-hal positif, apa yang bisa kita tingkatkan dan juga menerima masukan dari mereka," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement