Senin 19 Aug 2019 19:00 WIB

Kemenkes Siapkan Strategi Layanan Usai Puncak Ibadah Haji

Petugas kesehatan haji diminta siaga antisipasi lonjakan jamaah sakit.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
Petugas kesehatan haji Indonesia sedang menangani jamaah yang sakit saat mabit di tenda Mina (Ilustrasi).
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Petugas kesehatan haji Indonesia sedang menangani jamaah yang sakit saat mabit di tenda Mina (Ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tahapan pembinaan, pelayanan dan perlindungan jamaah haji sudah masuk fase pascaArafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Pada fase inilah menjadi puncak tingginya pelayanan kesehatan.

Penanggung Jawab Pelayanan Medis KKHI Makkah dokter Meity Adriana mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membagi tiga tahapan dalam pelayanan kepada jamaah haji. Tiga tahapan itu ada fase praArmuzna, Armuzna dan pasca Armuzna.

Baca Juga

"Pendekatan yang berbeda pada fase ini mengingat saat inilah puncaknya kepadatan layanan kesehatan pada jamaah haji," katanya melalui keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Senin (19/8).

Meity Adriana menuturkan, peningkatan jumlah kunjungan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah mulai terasa setelah berakhirnya masa puncak haji di Armuzna pada 14 Agustus 2019.

Menurutnya, terjadi lonjakan angka pasien rawat jalan dan rawat inap di KKHI Makkah yang cukup bermakna. Situasi tersebut yang dirasakan oleh petugas kesehatan di KKHI Makkah saat ini.

"Pelayanan di KKHI Makkah puncaknya setelah waktu Armuzna, karena itu puncak ibadahnya. Jamaah dari seluruh dunia ada di sini Makkah," katanya.

Berdasarkan data laporan kunjungan ke KKHI Makkah, tanggal 15 Agustus 2019 terjadi lonjakan angka kunjungan harian tertinggi yang mencapai 154 orang pasien. Total kunjungan hingga hari operasional ke-35 (16/8) KKHI Makkah sebanyak 2.679 orang.

Untuk mengantisipasi kemungkinan masih tingginya jumlah kunjungan, KKHI Makkah telah menyiapkan beberapa strategi layanan. Strategi pertama dengan memperketat kriteria triase.

Bagi pasien-pasien yang datang dengan label kuning akan dirawat di KKHI Makkah. Sementara yang berlabel merah akan langsung dirujuk ke salah satu rumah sakit Arab Saudi.

Menurut Meity, dari segi jenis penyakit, baik sebelum dan sesudah Armuzna umumnya sama, yakni ISPA dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Hanya saja dari volumenya saat ini semakin bertambah. Penyakit-penyakit tersebut kebanyakan terpicu karena faktor kelelahan dan dehidrasi yang dialami oleh jemaah haji.

Selanjutnya, petugas kesehatan akan menurunkan kekuatan full team untuk memberikan pelayanan. KKHI Makkah juga sudah menyiapkan stok obat-obatan termasuk vitamin yang dibutuhkan pasien.

Penguatan visitasi terutama bagi pasien yang dirawat di RS Arab Saudi juga dilakukan. Menjalin komunikasi intens dengan para dokter di rumah sakit tersebut khususnya terkait riwayat penyakit pasien. Dengan komunikasi dan informasi yang baik, maka diharapkan pasien akan mendapatkan terapi yang maksimal.

Khusus bagi jemaah haji yang akan kembali ke tanah air dalam waktu dekat dan masih dalam masa perawatan di KKHI dan RS Arab Saudi, tentu akan dilakukan penanganan terlebih dulu hingga dinyatakan sehat dan laik terbang.

Meity Adriana menuturkan, ada beberapa pasien yang masih membutuhkan perawatan, akan diserahkan kepada pihak rumah sakit Arab Saudi. Namun, tetap masih dalam pemantau dari tenaga kesehatan Indonesia untuk mendapatkan pelayanan maksimal.

"Sampai benar-benar jamaah itu dinyatakan layak untuk terbang," kata Meity.

Meity memastikan, Kemenkes tidak akan memaksakan jamaah untuk dipulangkan. Karena masih ada beberapa pasien membutuhkan alat bantu nafas yang tidak mungkin diterbangkan. Maskapai memiliki beberapa ketentuan terkait penumpang laik atau tidak laik untuk diterbangkan.

"Untuk perjalanan jauh ataupun naik pesawat itu ada beberapa kriteria yang harus diikuti," katanya.

Di tempat terpisah, Direktur KKHI Makkah, dokter Ali Setiawan, mengatakan, layanan operasional KKHI Makkah akan berakhir pada 6 September 2019. Peningkatan jumlah kunjungan beberapa hari terakhir usai periode Armuzna sampai dengan masa akhir operasional membutuhkan pengelolaan yang tepat.

Untuk itu, seluruh petugas kesehatan harus bisa menyiapkan kesehatan para jamaah haji Indonesia, baik yang tengah dirawat maupun yang dalam kondisi sehat. Hal tersebut diperlukan agar jamaah bisa pulang ke Tanah Air dengan memenuhi kriteria kesehatan penerbangan.

Ali menuturkan, untuk pasien dengan kondisi kesehatan tertentu yang harus dipulangkan terpisah dari kloternya, memerlukan pengaturan khusus, bagaimana pengurusan paspornya, form medif, koordinasi dengan kloter, teknis evakuasinya dan sebagainya, semua harus dikoordinasikan.

Anggota Tim Asistensi Kemenkes, Sundoyo, turut memperhatikan situasi pasca Armuzna. Ia meminta agar petugas kesehatan tetap semangat dan mengerahkan dedikasi yang tinggi untuk mengantisipasi lonjakan jamaah haji yang sakit setelah mengikuti prosesi ibadah di Armuzna.

"Jamaah haji yang sudah kelelahan atau kecapean ini harus segera kita layani, kita pulihkan kembali, sehingga mereka bisa kembali ke Indonesia dalam keadaan sehat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement