Selasa 14 Apr 2020 04:55 WIB

Tips Aman Melempar Jumrah

Melempar jumrah melambangkan permusuhan terhadap setan yang menggoda iman.

Tips Aman Melempar Jumrah. Jamaah memadati Jamarat saat melempar jumrah di Mina.
Foto: STR/EPA-EFE
Tips Aman Melempar Jumrah. Jamaah memadati Jamarat saat melempar jumrah di Mina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melempar jumrah merupakan salah satu ritual haji. Ada tiga buah jumrah yang ditandai dengan tugu yang harus dilempar dengan batu yang diambil di Mudzdalifah. Kegiatan ini mengingatkan akan permusuhan antara Nabi Ibrahim melawan setan yang menggoda iman beliau ketika akan melaksanakan perintah Allah, mengorbankan putranya Ismail.

Jumrah Aqabah, merupakan jumrah terbesar. Jumrah yang sedang disebut Wustha, dan terkecil Jumrah Ula. Jumrah Aqabah terletak paling dekat dengan Makkah atau paling jauh dari Mina.

Baca Juga

Karena pada 10 Dzulhijjah kita hanya melempar Jumrah Aqabah, maka jumrah inilah yang paling dikerumuni orang. Untuk ini jamaah diminta berhati-hati.

Pada 11 sampai 13 Dzulhijjah (atau hanya sampai 12 jika kita memilih nafar awal) ketiga jumrah kita lempar semua. Dimulai dari yang terkecil, sedang, dan terakhir jumrah yang terbesar. Setiap jumrah dilempar dengan tujuh buah batu sebesar biji kedelai, satu per satu, dan bukannya tujuh buah batu sekaligus.

Yang kita lempar adalah tugunya, yang melambangkan setan. Tapi ingat, walaupun setan itu musuh kaum Muslimin yang harus diperangi, kita tidak perlu berlebih-lebihan dengan melempar sandal, sepatu, batu besar, atau yang lainnya. Hal ini bisa-bisa membahayakan jamaah.

Untuk menuju tempat pelemparan, dari Mina kita harus berjalan kaki sekitar 3,5 Km. Untung ada terowongan, kalau tidak kita harus berjalan kaki lebih jauh lagi.

Pulangnya jamaah juga berjalan kaki. Karena itu pilih kaus kaki yang nyaman dipakai. Semprotan air dan payung perlu pula dibawa.

Saat pelemparan jumrah, terutama pada hari pertama, tidak bisa kita hindari desakan orang banyak. Hal yang perlu kita perhatikan adalah hati-hati menjaga keseimbangan tubuh. Juga terhadap terjangan dan dorongan orang-orang yang lebih besar dan kuat, terutama jamaah dari Afrika. Celaka sekali, kalau kita sampai terjatuh. Bisa-bisa kita akan terinjak-injak.

Karenanya, jika kacamata kita jatuh atau sandal terinjak, jangan sekali-kali mengambilnya, bisa remuk tubuh kita. Kita juga harus waspada terhadap dokumen dan tanda pengenal kita. Sekali-kali jangan digantung dengan peniti di luar baju.

Lebih baik disembunyikan di balik baju (atau di dalam tas dokumen). Bagi yang tidak kuasa melempar sendiri, boleh juga diwakilkan. Ingat jangan sampai memaksakan diri bila tidak mampu.

 

sumber : Arsip Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement