Kamis 16 Apr 2020 16:22 WIB

Sejarah Sa'i

Sa'i merupakan salah satu rukun haji dan umroh.

Sejarah Sa'i. FOto: Sejumlah jamaah sedang melaksanakan sai di antara Bukit Shafa dan Marwah sebagai bagian dari rangkaian umrah, Jumat (5/7) dini hari waktu Arab Saudi. Kondisi Masjidil Haram saat ini sedang dilakukan perbaikan untuk memudahkan jamaah melaksanakan ibadah pada musim haji 1440H.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Sejarah Sa'i. FOto: Sejumlah jamaah sedang melaksanakan sai di antara Bukit Shafa dan Marwah sebagai bagian dari rangkaian umrah, Jumat (5/7) dini hari waktu Arab Saudi. Kondisi Masjidil Haram saat ini sedang dilakukan perbaikan untuk memudahkan jamaah melaksanakan ibadah pada musim haji 1440H.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sa'i merupakan salah satu rukun haji dan umroh. Pengertian secara sederhananya, yaitu kegiatan berjalan yang di mulai dari bukit Marwah atau sebaliknya sebnyak tujuh kali perjalanan yang berakhir di bukit Marwah.

Perjalanan dari bukit safa ke marwah dihitung satu kali. Lari-lari kecil sunat dilakukan bagi laki-laki mulai dari pilar hiaju sampai pilar hijau berikutnya. Bagi wanita tidak disunatkan berlari-lari kecil, cukup berjalan biasa. orang yang melakukan sa'i boleh dalam hadas besar.

Baca Juga

Di bukit antara Shafa dan Marwah sepanjang 450 meter inilah terkandung kisah keimanan yang pertama dari seorang wanita yang ditinggalkan suaminya di tempat yang tidak ada sarana untuk hidup.

Wanita itu adalah Hajar, istri Ibrahim as. Ibrahim meninggalkannya atas perintah Allah dan Hajar menerima kehendak dan iradat Allah itu dengan ridha. Namun tak lama setelah suaminya pergi, Ismail putranya menangis karena kehausan. Saat itulah Hajar harus berbuat sesuatu, berjalan dan berlari mencari air.

Usaha pencarian sudah dilakukan. Jerih payah pun sudah dikerahkan, namun segala upayanya buntu. Hajar belum menemukan air yang dibutuhkan. Dan kini harapannya hanya pertolongan Allah semata. Dia yakin Allah tidak akan mengabaikannya. Tiba-tiba ia melihat dari tanah yang terkena pukulan kaki bayinya memancar mata air.

Hajar mengumpulkan air itu dengan berteriak Zamzam, kumpul-kumpul. Itulah mata air Zamzam yang kita kenal sekarang ini. Benarlah Allah atas Firman-Nya: ''Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan serta yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain?.'' Sungguh amat sedikit kamu mengingat-Nya.'' (QS An-Naml, 62).

Bukit bersejarah itu kini sudah berubah bentuknya dengan bangunan beton dua tingkat, memanjang dan menempel ke Masjidil Haram. Jalan tempat berlari tak lagi berupa debu pegunungan dan kerikil-kerikil tajam melainkan telah berubah berupa lantai pualam yang dingin ber-AC. Tetapi di kedua ujung jalan itu masih tetap ada bagian yang mendaki dengan gundukan batu alam asli yang direkat diantara lantai marmer. Itulah batuan asli Bukit Shafa dan Marwah yang masih sengaja disisakan di situ.

Peristiwa Sa'i merupakan ibrah bagi orang mukmin agar jangan berputus asa dalam situasi yang bagaimanapun dan sanggup menghadapi berbagai gejolak kehidupan dengan tabah dan optimis. Melalui peristiwa itu kita diingatkan bahwa Allah adalah pemilik segalanya. Allah memberikan rezeki kepada siapa pun baik dengan hitungan maupun tanpa hitungan. Allah menyuruh kita berikhtiar sebagaimana yang ditunjukkan oleh Hajar. Namun jangan salah mengerti. Bukan hanya sebab ikhtiar saja yang bisa membuka pintu rezeki. Segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya semata. Hanya Dialah yang mampu memberikan rezeki kepada hamba-Nya.

Kisah keimanan yang terjadi di antara bukit Shafa dan Marwah tidak lain untuk menarik perhatian kita agar menyadari bahwa Allah adalah Pencipta sebab akibat, namun kekuasaan Dia di atas segala sebab akibat.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement