Rabu 03 Jun 2020 15:30 WIB

Alangkah Meruginya Mereka yang Haji dengan Niat Pencitraan

Ibadah haji tidak diterima jika tidak dibangun di atas keikhlasan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Alangkah Meruginya Mereka yang Haji dengan Niat Pencitraan
Foto:

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang berhaji karena Allah dan dia tidak melakukan rafats dan tidak melakukan kemaksiatan tatkala sedang berhaji, dia akan kembali sebagaimana hari dia dilahirkan dari perut ibunya", hadist riwayat Al-Bukhari, dan Muslim.

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam memasang tiga syarat dalam hadits tersebut untuk meraih haji mabrur. Pertama, ikhlas karena Allah subhanahu wa ta'ala, kedua tidak melakukan rafats, dan ketiga tidak bermaksiat. Perhatikanlah, syarat pertama adalah ikhlas.

Seperti talbiah seorang haji adalah 'Labbaika la syarika laka labbaik', "Yaa Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah tidak ada sekutu bagi-Mu". Artinya, ia mengikrarkan diri bahwa ia tidak datang berhaji kecuali untuk memenuhi panggilan Allah subhanahu wa ta'ala.

Tidak ada niat untuk dipuji, disanjung, diakui, dan dihormati oleh manusia. Maka, sungguh merugi seseorang yang telah mengeluarkan banyak biaya, meninggalkan pekerjaannya, bahkan meninggalkan keluarganya dan kampung halamannya untuk bersusah payah dan letih di Mina, Padang Arafah, Muzdalifah, dan Masjidil Haram, tetapi ternyata niatnya bukan karena Allah.

Semuanya akan sirna dan hilang secara sia-sia. Hanya keletihan yang ia dapatkan, dan siksaan mengancamnya di akhirat.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement