REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Mantan Pejabat Tinggi Arab Saudi Saad Al-Jabri, yang saat ini berada di pengasingan dan sekelompok orang yang dipimpinnya ketika ia bekerja di Kementerian Dalam Negeri, menghabiskan 11 miliar dolar AS dana pemerintah. Hal ini berdasarkan laporan Wall Street Journal (WSJ) dilansir dari Saudi Gazette, Sabtu (18/7).
Sumber-sumber agen intelijen AS mengatakan, al-Jabri yang saat ini berada di pengasingan di Kanada menjalankan dana khusus Kementerian Dalam Negeri yang difokuskan pada upaya anti-terorisme tingkat tinggi. Dia telah menyalahgunakan 11 miliar dolar AS selama 17 tahun untuk membayar dirinya sendiri, keluarganya, dan koleganya.
"Al-Jabri 6(1 tahun) dengan gelar doktor dalam ilmu komputer, adalah nomor dua yang efektif di Kementerian Dalam Negeri, yang dijalankan selama bertahun-tahun oleh Pangeran Muhammad bin Naif. Al-Jabri menjalankan dana kementerian khusus yang mencampur pengeluaran pemerintah untuk upaya antiterorisme prioritas tinggi dengan bonus untuk Al-Jabri dan lainnya, menurut dokumen yang ditinjau oleh WSJ dan wawancara dengan pejabat Saudi dan orang kepercayaan Jabri," tulis laporan WSJ.
Laporan itu juga menyatakan, selama 17 tahun al-Jabri mengendalikan dana tersebut, lalu 19,7 miliar dolar AS mengalir melaluinya. Pemerintah Arab Saudi mengklaim 11 miliar dolar AS dihabiskan secara tidak layak melalui pembayaran lebih terhadap kontrak atau dialihkan ke beberapa tujuan termasuk rekening bank luar negeri.
Rekening tersebut dikendalikan oleh Jabri, keluarganya dan rekan-rekannya. Dokumen yang diperlihatkan WSJ dan dikuatkan oleh pengajuan perusahaan di Arab Saudi menunjukkan dana yang berasal dari unit khusus disalurkan melalui sebuah perusahaan bernama Technology Control Co. yang didanai Kementerian Dalam Negeri.
Namun ternyata perusahaan itu juga dimiliki oleh saudara al-Jabri, keponakannya dan dua rekan dekatnya. Technology Control Co. dialihkan ke pemerintah. Penyelidik Saudi menemukan Kementerian Dalam Negeri membayar perusahaan lebih dari 11 ribu dolar AS untuk 2.000 telepon rumah dan ponsel yang harganya 500 dolar AS untuk diproduksi.
Hal itu diketahui berdasarkan pengakuan orang-orang yang akrab dengan penyelidikan. "Peralatan itu kemudian dibuang karena tidak berfungsi dengan baik," demikian laporan WSJ mengutip perkataan seseorang asal Arab Saudi dalam investigasinya.