IHRAM.CO.ID, KAIRO -- Menteri Keuangan Mesir Mohamed Maait mengatakan negaranya akan menerbitkan sukuk pertama (obligasi Islam), Rabu (4/11). Kabinet menyetujui rancangan undang-undang (RUU) sukuk berdaulat untuk diserahkan ke parlemen. RUU kemudian akan dilanjutkan ke Presiden Mesir Abdel-Fattah El-Sisi untuk ratifikasi.
"Langkah tersebut akan mengantarkan Mesir ke dunia keuangan Islam, yang mencatat transaksi 2,7 triliun dolar pada akhir Juni," kata Maait dilansir di Ahram Online, Kamis (5/11).
Adapun RUU sukuk merupakan bagian dari rencana Kementerian Keuangan untuk mendiversifikasi basis investor, yang ingin berinvestasi di surat berharga keuangan pemerintah. RUU akan diterbitkan sejalan dengan prinsip syariah Islam.
Menurut Maait, dengan menerbitkan sukuk semacam ini, Mesir diharapkan dapat menarik segmen investor baru yang akan menggelontorkan keuangan dan likuiditas ekstra ke dalam pasar keuangan pemerintah Mesir. Ini juga akan berkontribusi pada penurunan biaya defisit anggaran publik negara.
Maait mengatakan, sukuk negara akan memungkinkan pemanfaatan aset milik negara sesuai dengan sistem hak manfaat, baik melalui kepemilikan, tanpa hak guna maupun sewa. Dia menambahkan, kementerian keuangan menyusun RUU sukuk setelah berkonsultasi dengan kementerian terkait, entitas, dan bank syariah yang memiliki pengalaman dalam hal ini untuk memastikan sukuk tersebut sesuai dengan syariah.
Menurut aturan pembelian sukuk Islam, penerbit harus membuat janji kontraktual untuk membeli kembali obligasi di masa mendatang dengan nilai nominal. Adapun sukuk merupakan sertifikat keuangan yang diterbitkan di negara-negara Islam. Hal ini memungkinkan investor untuk memiliki saham kepemilikan dalam portofolio aset yang ada atau memenuhi syarat.
Ini juga memberikan investor bukti kepemilikan atas aset tertentu, dan berbagai kewajiban keuangan saat melakukan perdagangan, serta aktivitas komersial lainnya. Menurut laporan oleh Fitch Ratings pada Oktober, terlepas dari krisis Covid-19 yang telah melanda ekonomi dunia, volume sukuk global tahun ini diperkirakan akan sama dengan tahun lalu, dan pasokan sukuk diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan pendanaan.
Menurut laporan itu, pemerintah diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama volume sukuk secara keseluruhan. Hal ini karena mereka menghadapi defisit fiskal melebar dan kebutuhan pinjaman yang tinggi, yang disebabkan guncangan ganda dari gangguan ekonomi terkait virus corona, dan jatuhnya harga minyak global.
Sepanjang September dan Oktober, Mesir menerbitkan obligasi hijau pemerintah yang berdaulat senilai 750 juta dolar di dalam negeri dan di pasar saham bursa London. Ini menjadi yang pertama dari jenisnya di Timur Tengah dan Afrika Utara.
http://english.ahram.org.eg/NewsContent/3/12/390007/-.aspx