IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Perusahaan Red Sea Development Arab Saudi berencana memimpin transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Keinginan ini disampaikan oleh CEO Perusahaan, John Pagano.
"Kami ingin memimpin industri pariwisata global dalam transisi menuju pembangunan berkelanjutan, tetapi pada kenyataannya, kami ingin dan perlu berbuat lebih banyak lagi. Bagi kami, keberlanjutan saja tidak cukup. Kita perlu membidik lebih tinggi. Kami ingin regenerasi menjadi tujuan akhir pariwisata global," katanya dilansir di Arab News, Rabu (18/11).
Berbicara tentang keberlanjutan dan pariwisata regeneratif pada konferensi media G20, Pagano mengatakan dia menyukai pepatah Victor Hugo. Dalam pepatah itu disampaikan, "Tidak ada yang lebih kuat dari pada ide yang waktunya telah tiba".
Dia lantas menunjukkan pecahnya pandemi Covid-19 telah memberikan jeda dalam kehidupan masyarakat. Hal ini bisa dijadikan momen refleksi tentang apa yang penting dalam hidup.
"Orang-orang sekarang secara terbuka mengatakan dunia tidak akan sama lagi setelah Covid-19, dan saya yakin itulah masalahnya," lanjutnya.
Ia lantas menambahkan, pandemi ini memiliki keterkaitan dengan krisis ekologi dan iklim saat ini. Diperkirakan, lebih dari 75 persen semua penyakit menular yang muncul pada manusia bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ke manusia. Penularan ini berkaitan langsung dengan aktivitas manusia, seperti penggundulan hutan dan perusakan lahan basah.
Melihat kondisi itu, Pagano mengajak semua pihak untuk manfaatkan kesempatan bersejarah ini dan menekan tombol reset. Untuk mengintegrasikan diri ke dalam dunia baru yang berani ini, ia menilai rasa hormat yang lebih besar diperlukan terhadap lingkungan, keanekaragaman hayati dan planet tempat menusia tinggal.
Pagano mencatat, langkah menuju pembangunan berkelanjutan tidak sekedar diinginkan, tetapi juga penting. Saat ini, ia menyebut dunia memiliki pengetahuan, teknologi dan solusi berbasis alam untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.
Misi Perusahaan Red Sea Development disebut cukup sederhana. Pihaknya ingin menggunakan potensi transformatif industri pariwisata untuk mempercepat transisi dunia menuju pembangunan berkelanjutan. Hal ini berjalan sembari membantu memenuhi salah satu ambisi utama Visi 2030, yaitu diversifikasi ekonomi.
Ia juga menekankan, pariwisata secara strategis penting sebagai sektor ekonomi global. Sebelum menyebarnya Covid-19, pariwisata mewakili lebih dari 10 persen PDB global dan menyediakan satu dari 10 pekerjaan.
Di tengah keputusasaan global saat ini, ia yakin ada rasa optimisme yang muncul. Ia juga meyakini industri pariwisata akan pulih dengan cepat begitu perbatasan dibuka kembali.
Pagano mengatakan antisipasinya tidak hanya mengandalkan optimisme, tapi belajar dari sejarah. Ia meminta semua pihak memikirkan kembali krisis keuangan besar atau pandemi sebelumnya seperti SARS dan MERS. Bahkan setelah kejadian 9/11, ketika kondisi kembali aman untuk bepergian, orang-orang melakukannya dalam jumlah yang meningkat secara eksponensial.
"Jika kita melihat pemesanan jalur pelayaran dan hotel baru-baru ini, semuanya menunjukkan ada keinginan yang kuat untuk kembali bepergian," kata dia.
Baru-baru ini, tambahnya, jika melihat reaksi pasar saham terhadap pengumuman Pfizer dan Moderna, saham terkait perjalanan melonjak sebanyak 30 hingga 40 persen. Reaksi ini disebut menunjukkan bahwa pasar yakin industri perjalanan telah pulih dengan kuat.
Meski demikian, ia mengungkapkan masalah saat ini adalah bagaimana menggunakan kesempatan ini untuk membangun kembali sesuatu yang jauh lebih berkelanjutan, daripada yang pernah dimiliki di masa lalu.
Sebelum pandemi melanda, para pelancong sudah mencari pengalaman yang bermakna dan bertanggung jawab. Dia mengatakan, para pelancong mencari pengalaman transformatif untuk terhubung kembali dengan alam atau sekadar bepergian dengan suatu tujuan.
Menurut Pagano, industri perjalanan akan menjadi lebih hijau, lebih cerdas, dan tidak terlalu ramai setelah Covid-19 berakhir. Kondisi ini bahkan telah menjadi fondasi untuk proyeknya sebelum pandemi.
"Kami sudah ada di sana. Destinasi ideal baru perlu menjadi contoh tentang bagaimana kita harus bekerja melindungi aset lokal, dimulai dengan modal alamnya, yaitu lingkungan. Lindungi kualitas hidup masyarakat lokal dan menawarkan mereka peluang baru untuk mendapatkan keuntungan dari pariwisata," ujarnya.