IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Kecintaan seorang fotografer udara Arab Saudi terhadap sejarah telah mendorongnya mendapat pengakuan global atas gambar-gambar yang mengungkap rahasia Kota Tua Al Ula. Penggambaran mata di langit oleh Ali Al-Suhaimi tentang kota Islam yang terkenal itu telah membantu memberikan wawasan baru tentang kehidupan masa lalu penduduk permukiman yang kini ditinggalkan.
Kota Tua Al Ula terletak di utara Kerajaan, sekitar 20 Km dari situs arkeologi Mada'in Salih. Kota kuno ini berusia tujuh abad dan dipenuhi dengan masjid dan pasar yang mencerminkan keindahan dan warisannya.
Wilayah yang kaya akan sejarah itu adalah stasiun perdagangan kuno yang menghubungkan utara dan selatan semenanjung dan salah satu titik perhentian utama bagi peziarah yang bepergian antara Suriah dan Makkah.
Al-Suhaimi mengatakan kepada Arab News, inspirasi untuk memotret daerah tersebut dari udara berasal dari keinginannya yang mengakar untuk mengetahui lebih banyak tentang peradaban kuno negara itu. Ia mengatakan, ide awalnya berkisar pada simulasi sejarah wilayah Al Ula, yang telah menjadi salah satu daya tarik warisan terpenting di tingkat lokal dan internasional.
"Lokasinya termasuk landmark batu dan pegunungan tinggi yang membentuk harmoni bebatuan yang menakjubkan yang digambarkan oleh drone dari fotografer udara. Itu adalah tempat orang-orang yang menghubungkan kami pada tingkat arsitektur dan manusia," kata Al-Suhaimi, dilansir di Arab News, Rabu (25/11).
Menurutnya, mereka membangun kota yang menjadi saksi keindahan dan kedalaman budaya serta momentum warisan manusianya. Ia mengatakan, studi tentang kastil Al Ula telah membuktikan bahwa situs tersebut pernah menjadi komunitas yang berkembang pesat.
"Memotret tempat-tempat ini dengan semua detailnya hanya menambah antusiasme saya untuk mengirimkan gambar ke dunia yang mendambakan agar rahasia tempat-tempat di masa lalu ini diungkapkan," ujarnya.
Fotografer yang terbang tinggi itu telah menangkap gambar dari semua kastil dan desa Kota Tua Al Ula, serta kastil Musa bin Nusayr, dan pegunungan Aja dan Salma yang menjulang hingga 1.000 meter. Dengan menggunakan drone, Al-Suhaimi bisa mendapatkan foto close-up (cukup dekat dengan objek) dari rumah-rumah dan bangunan yang menempati lokasi tersebut.
"Ada rumah monolitik yang mencerminkan kedalaman hubungan yang menghubungkan orang-orang yang menyatu satu sama lain seolah-olah mereka adalah satu keluarga," lanjutnya.
Dia menunjukkan, meskipun rumah-rumah tersebut tampak berkelompok secara acak, mereka sebenarnya adalah 'teka-teki arsitektur' yang telah dirancang dengan cerdik untuk memastikan aliran udara yang lancar di dalam dan di sekitarnya.
Foto udara dari kota itu juga menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana orang-orang di dalamnya dapat berpindah dari satu gedung ke gedung lain dalam lingkungan yang begitu erat.
Al-Suhaimi mengatakan, dia telah mendapatkan semua izin yang diperlukan untuk mengoperasikan drone di daerah tersebut. Menurutnya, mereka tertarik untuk mengambil gambar dan menyebarkannya ke seluruh dunia, karena secara internasional kota ini adalah salah satu kota Islam yang paling menonjol.
"Rumah lumpurnya adalah saksi hidup yang melawan waktu," katanya.
Dia menambahkan, bahwa dia terkejut dengan tanggapan global yang positif dari foto-fotonya tentang kawasan itu. Salah satu pemandangan penting Kota Tua Al Ula adalah jam bayangan matahari Tantora. Bayangan yang dibuatnya digunakan untuk menandai awal musim tanam musim dingin.
"Mereka menumpuk batu satu sama lain sehingga bayangan diproyeksikan di ujung batu setahun sekali, yang merupakan bukti warisan astronomi masyarakat di daerah tersebut," ujar Al-Suhaimi.
https://www.arabnews.com/node/1767941/saudi-arabia