Jumat 08 Jan 2021 07:10 WIB

Adab Menerima Titipan Saat Perjalanan Haji

Ada adab saat menerima titipan saat perjalanan haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Adab Menerima Titipan Saat Perjalanan Haji. Foto: ilustrasi Jamaah Haji Nigeria
Foto: EPA-EFE/AMEL PAIN
Adab Menerima Titipan Saat Perjalanan Haji. Foto: ilustrasi Jamaah Haji Nigeria

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Ibadah haji merupakan ibadah yang paling besar biayanya dibandingkan dengan ibadah lain dalam rukun Islam. Maka dari itu ebelum melakukan badah haji di Baitullah jamaah harus menempuh perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan.

Perjalanan ibadah Haji merupakan khuruj fisabilillah (keluar dijalan Allah) yang sebenarnya. Karena di dalam ibadah haji seorang yang menjalankannya meninggalkan keluarga, harta serta pekerjaannya.

Baca Juga

Begitu mahalnya ibadah haji ini maka Allah subhanahu wa ta'ala menentukan bahwa ibadah ini hanya untuk yang mampu saja (istithaah) baik secara ekonomi, fisik dan mental. Seorang muslim yang belum mampu menunaikan ibadah haji tidak diwajibkan mengerjakannya.

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi dalam kitab Fadhilah Haji mengatakan, agar perjalanan ibadah haji dihitung ibadah maka harus perhatikan semua adab-adab dalam perjalanan. Dalam perjalanan ini erat kaitannya dengan barang bawaan dan titipan orang.

Ia mengatakan, tidak boleh jamaah membawa barang melebihi biaya yang dibayarkan. Penuhi hak pemilik kendaraan yang merupakan bagian dari adab seperti dicontohkan oleh Syekh Abdullah bin Mubarokah seorang imam dan muhaddits besar.

Syekh Muhammad Zakariyya menuturkan, bahwa ketika Syekh Abdullah hendak memulai perjalanan, seorang menitipkan surat kepadanya, maka ia berkata.

"Aku telah menunjukkan barang kawanku kepada pemilik unta. Beritahukan dulu kepadanya bahwa juga membawa barang ini. Kalau ia mengizinkannya aku pasti membawanya."

Sementara itu ada kisah lain tentang adab perjalanan seperti dalam dikisahkan bagaimana seorang muhaddits bernama Ali bin Ma'bad  yang telah ditulis dalam hikayatusj shahabah adalah kisah yang masyhur.

Syekh Ali ditegur di dalam mimpi ketika ia mengeringkan surat dengan mengikis tanah tembok rumah yang ia sewa. Hal kecil seperti inilah mesti diperhatikan dalam menempuh suatu perjalanan agar ibadahnya Allah SWT terima dengan sempurna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement