IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kehidupan dan kematian manusia, ada ujian berupa musibah atau bencana. Sebagai seorang Muslim, kita harus meyakini bahwa seluruh peristiwa adalah atas kehendak Allah SWT. Seyogianya, kita memetik pelajaran (ibrah) dalam menghadapinya.
"Mahasuci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun," demikian terjemahan dari Alquran surah al-Mulk ayat 1-2.
Ada beberapa cara dalam memetik hikmah musibah. Pertama, sebagai ujian keimanan. Apa pun musibah dan bencana yang menimpa adalah ujian. Itu adalah cara Allah untuk meningkatkan kualitas iman kita. Maka, sebagai seorang Muslim, kita harus menerima apa pun ketentuan-Nya dengan ikhlas dan penuh kesabaran (QS al-Baqarah [2]: 155-157 ).
Kedua, musibah dan bencana adalah sarana introspeksi diri. Bukan bahan penyesalan yang tanpa akhir. Tidak pula kita tenggelam dalam keluh-kesah, apalagi bila sampai berputus asa dari rahmat-Nya. Sudah seharusnya sebagai seorang Muslim, kita memperbanyak istighfar, zikir, dan bertobat kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya, maka Dia akan memberikan cobaan kepadanya." (HR Bukhari).
Ketiga, meninggikan derajat dan mengurangi dosa. Sebab, kadang tanpa disadari, seseorang berbuat salah yang menyebabkan dirinya berlumuran dosa. Dan, Allah memberikan musibah kepadanya sebagai konsekuensi atas dosa dan maksiat yang telah dilakukanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang bisa mengantarkannya ke sana. Maka, Allah senantiasa mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya sehingga dia bisa sampai pada kedudukan yang dikehendaki oleh Allah."
Pada akhirnya, jadikanlah musibah atau bencana sebagai ladang amal saleh. Kesempatan terbuka lebar bagi kita untuk menunjukkan solidaritas persaudaraan antarsesama. Rasulullah SAW bersabda, "Orang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak akan menzalimi dan menyerahkannya pada musuh.
"Barang siapa berada dalam kebutuhan saudaranya yang Muslim, Allah akan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan saudaranya yang Muslim, Allah akan hilangkan satu kesulitan di hari kiamat. Dan, barang siapa yang menutup aib seorang Muslim maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat." (HR Muttafaq 'Alaihi).