IHRAM.CO.ID, LONDON — Dunia masih bergelut dengan pandemi covid-19. Beberapa negara dan kawasan pun terus mengamankan vaksin covid-19.
Perusahaan farmasi AstraZeneca telah setuju untuk memberikan tambahan sembilan juta dosis vaksin pencegah infeksi virus corona jenis baru (COVID-19) kepada negara-negara anggota Uni Eropa. Pengumuman ini datang di tengah perselisihan dengan blok organisasi supranasional tersebut mengenai jumlah dosis yang tersedia, terkait masalah pasokan.
Kepala Komisi Eropa, Ursula Von Der Leyen mengatakan kesepakatan untuk menyediakan lebih banyak vaksin dengan AstraZeneca telah tercapai. Perusahaan farmasi itu telah menawarkan delapan juta dosis pada pekan lalu, dengan jumlah total 31 juta pada kuartal pertama tahun ini.
Namun, pada Ahad (31/1), AstraZeneca merevisi jumlah tersebut menjadi 40 juta dosis vaksin COVID-19, yang diizinkan untuk digunakan di seluruh Eropa. Sebelumnya, dilaporkan masalah pasokan terjadi karena kendala produksi di sebuah pabrik di Belgia, sehingga perusahaan harus merevisi jumlah dosis yang dapat tersedia dan didistribusikan.
“Langkah maju untuk vaksinasi. AstraZeneca akan memberi sembilan juta dosis tambahan pada kuartal pertama (total 40 juta) dibandingkan dengan penawaran minggu lalu & akan memulai pengiriman satu minggu lebih awal dari yang dijadwalkan. Perusahaan juga akan memperluas kapasitas manufakturnya di Eropa,” ujar Von der Leyen dalam pengumuman yang disampaikan melalui jejaring sosial Twitter, seperti dilansir The Hill pada Senin (1/2).
Meski demikian, Von Der Leyen mengatakan Uni Eropa tetapi berharap AstraZeneca mampu memenuhi komitmen untuk menyediakan hingga 400 juta dosis vaksin COVID-19. Perusahaan belum memberi komentar terkait permintaan ini.
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan sejumlah perusahaan telah disetujui distribusi dan pengggunaannya di Eropa. Selain AstraZeneca, terdapat vaksin dari Moderna dan Pfizer.
Namun, tingkat kasus COVID-19 hingga saat ini di banyak negara Eropa tetap tinggi. Sebagian besar karena penyebaran varian baru penyakit termasuk yang diperkirakan berasal dari Inggris, yang menurut para ahli lebih menular terus terjadi.