Lebih lanjut, dia mengatakan hubungan antara China dengan Arab juga terlihat melalui jalur sutra. Kala itu, China sebagai pusat perdagangan yang terkenal dan terus berlanjut sejak masa Nabi Muhammad. Bahkan, ada hadits yang menyebut “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China.” Meskipun sejumlah orang mengatakan hadits tersebut dhaif, tapi menurut Sumanto ada relevansi sejarah yang kuat.
Sebab, pada masa Kaisar Taizong, Tiongkok mengalami pusat peradaban yang maju. Banyak orang yang diminta belajar kebudayaan di Tiongkok. Tiongkok juga menyediakan tempat untuk Muslim, khususnya orang Arab yang datang. Dari situ, Islam mulai berkembang di Tiongkok.
Sampai suatu ketika, Islam mulai runtuh pada masa Dinasti Abbasiyah yang diserbu oleh kelompok Mongol. Kelompok Mongol mengambil semua para ahli dan dibawa ke Tiongkok. “Jadi itu bersamaan dengan berdirinya Dinasti Yuan. Makanya banyak tenaga ahli Muslim yang kemudian bekerja di Dinasti Yuan. Ada sejarawan yang pernah menulis tentang peranan kaum elit China Muslim pada masa Dinasti Yuan,” tambah dia.
Nantinya, itu ada hubungan dengan penyerbuan tentara Mongol ke Tuban yang menyerang Raja Kertanegara. Dalam penyerbuan itu, ada tentara Muslim yang ikut andil. Masa kejayaan Dinasti Yuan berakhir karena ditaklukan oleh Dinasti Ming. Pengembara Cheng Ho ada pada masa Dinasti Ming. Dia dianggap berperan penting pada kelompok elit Tiongkok.
Berabad-abad Tiongkok dikuasai oleh dinasti Muslim yang akhirnya direbut oleh bangsa Manchu yang non-Muslim. Sejak Tiongkok dikuasai oleh bangsa Manchu, peradaban Islam mulai runtuh yang akhirnya lenyap di Asia Tenggara karena rezim di Tiongkok berubah menjadi anti-Muslim.