Rabu 24 Feb 2021 13:56 WIB

Bermaknanya Pencabutan Larangan Perjalanan Muslim AS

Berakhirnya kebijakan larangan perjalanan Muslim ini begitu berarti

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Esthi Maharani
Unjuk rasa menolak kebijakan Trump yang melarang pendatang muslim ke Amerika di Bandara Internasional San Franscisco
Foto:

Senada dengan Fahima, Kayem Muammer, artis hip-hop Libya-Amerika yang saat ini hidup secara nomaden, juga merasakan dampak dari kebijakan Trump tersebut. Perjalanannya berulang kali terkena dampak larangan tersebut.

Meskipun ia pribadi memiliki paspor AS, larangan Muslim telah mempengaruhinya baik secara pribadi maupun profesional. Ia mengungkapkan, bahwa kebijakan itu menjadi posisi yang genting baginya.

Sebab, ia telah ditempatkan di 'Daftar Dilarang Terbang' selama bertahun-tahun sebelum kebijakan tersebut, dan menjadi sasaran daftar diskriminatif hingga akhir 2018.

"Meskipun saya tidak pernah diberi alasan sebenarnya untuk berada di daftar itu, ada satu benang merah yang saya perhatikan antara saya dan puluhan teman yang saya kenal juga ada di dalamnya, kami semua adalah generasi pertama Amerika dengan orang tua dari Libya," ungkap Muammer.

Karena asal-usulnya itulah, hidupnya mengalami kesulitan di AS. Pada 2020, ia mengenang betapa tidak bermartabatnya ketika ia ditarik dari pesawat di Detroit. Saat itu, ia terus-menerus mendapatkan 'SSSS' di paspornya, atau 'Status Seleksi Keamanan Sekunder', sebutan yang diberikan kepada siapapun yang dianggap sebagai potensi ancaman bagi Keamanan Nasional AS.

"Walaupun kedengarannya konyol bagi saya, saya mengikuti semua aturan: Saya datang lebih awal ke penerbangan, mengizinkan supervisor TSA untuk menepuk-nepuk saya, menginterogasi saya, menggeledah telepon saya, dan mengambil foto dari setiap halaman buku catatan pribadi saya. Perasaan tertindas sangat terasa, tetapi saya hanya ingin menundukkan kepala dan mencapai tujuan saya. Di Detroit, setelah naik pesawat, seorang karyawan mendekati saya dan mengatakan bahwa saya harus turun. Mereka tidak memberikan alasan, tidak ada pengembalian uang, dan tidak ada penjelasan," lanjutnya.

Itu hanya satu contoh dari waktu yang tak terhitung banyaknya di mana Muammer merasakan konsekuensi dari kebijakan larangan Muslim. Namun, ia mengetahui teman-teman yang lebih terpengaruh secara langsung dari kebiajakn tersebut.

"Larangan Muslim menyebabkan situasi keluarga yang terfragmentasi di seluruh dunia. Saya lega akhirnya dicabut, tetapi mungkin sudah terlambat bagi banyak kehidupan yang terkena dampaknya," ujarnya.

Kerugian akibat larangan Muslim juga dirasakan oleh Fareedah Shaheed, seorang pengusaha teknologi yang berbasis di Maryland, yang dibesarkan di Arab Saudi dan AS.

Sebagai seseorang yang telah bepergian dan tinggal di luar AS, larangan Muslim membuatnya merasa sangat tidak nyaman di tempat di mana semua orang pasti merasa disambut. Ia mengungkapkan, mencabut larangan tersebut sangat bermakna baginya. Hal tersebut menunjukan padanya bahwa mereka membuat langkah maju untuk menjadi negara yang dirasa aman bagi orang sepertinya yang suka bepergian dan senang melintasi perbatasan.

"Sebagai seorang Muslim, bepergian adalah hal yang sangat menegangkan, terutama jika Anda memiliki 'nama Muslim' atau Anda mengenakan jilbab. Sebagai perempuan Muslim berkulit hitam yang memang memakai jilbab, traveling menurut saya tidak sesederhana hanya mengemas tas. Saya harus memikirkan bagaimana saya mungkin tampil atau dianggap berdasarkan banyak faktor. Setelah larangan itu dicabut, rasanya ada satu hal yang membebani di pundak saya berkurang. Saya yakin ini adalah langkah maju," ungkap Shaheed.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement