IHRAM.CO.ID, BANGKOK -- Thailand akan memulai menggunakan vaksin Covid-19, Astrazeneca pada Selasa (16/3) waktu setempat. Hal ini diputuskan setelah sempat mengalami penundaan singkat oleh sebab kekhawatiran efek samping vaksin.
Perdana Menteri dan kabinet Thailand akan menjadi orang pertama yang menerima vaksin tersebut. Sebelumnya pada Jumat, Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menangguhkan penggunaan suntikan vaksin Astrazeneca oleh karena adanya bukti penggumpalan darah pada orang yang divaksin Astrazeneca.
Juru bicara kantor pemerintah, Natreeya Thaweewong mengatakan, bahwa penundaan suntikan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha dan para menterinya akan dilakukan pada Selasa pagi. Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul sebelumnya mengatakan, bahwa vaksin Astrazeneca akan diberikan kepada kabinet jika disetujui oleh ahli kesehatan setempat.
Para ahli dijadwalkan bertemu pada Senin (15/3). Anutin mengatakan, banyak negara telah mengkonfirmasi tidak ada masalah pembekuan darah sebagai efek samping dari vaksin dan akan terus memberikannya.
"Kata panitia akademik kita harus diberikan dan sore ini mereka akan bertemu agar lebih percaya diri," imbuhnya. "Kalau tidak ada informasi lebih lanjut akan diberikan besok," ujarnya menambahkan.
Strategi vaksinasi massal di Thailand sangat bergantung pada suntikan Astrazeneca, yang akan diproduksi secara lokal mulai Juni untuk distribusi regional. Sekitar 61 juta dosis dicadangkan untuk populasinya.
Thailand telah mengimpor beberapa suntikan vaksin Astrazeneca selain 200 ribu dosis vaksin Sinovac dari Cina untuk pekerja medis dan kelompok berisiko tinggi. Sebanyak 800 ribu dosis Sinovac selanjutnya akan tiba pada 20 Maret.
Astrazeneca mengatakan pada Ahad (14/3) bahwa pihaknya telah melakukan tinjauan cermat terhadap data dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa. Hasilnya menunjukkan tidak ada bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam, atau trombositopenia.
Sebelum Thailand, pihak berwenang di Irlandia, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Belanda menangguhkan penggunaan vaksin mereka karena masalah pembekuan darah.