IHRAM.CO.ID, WINA -- Iran dan negara-negara besar dunia yang masih berpihak pada kesepakatan nuklir 2015 telah memulai pembicaraan resmi di Wina, Austria. Diskusi ini digelar ketika upaya mengembalikan Amerika Serikat ke kesepakatan nuklir semakin meningkat.
Pembicaraan sedang berlangsung di hotel Imperial dan Grand antara perwakilan Iran, China, Rusia, Jerman, Prancis, dan Inggris. Dilansir di Aljazirah, Selasa (6/4), untuk pertama kalinya pembicaraan tersebut terjadi sejak presiden AS sebelumnya Donald Trump secara sepihak membatalkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) pada Mei 2018.
AS juga berada di kota yang sama untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan tersebut. Tetapi delegasi AS yang dipimpin oleh utusan khusus Iran Robert Malley tidak berada di ruangan yang sama.
Iran mengatakan tidak akan bernegosiasi dengan AS sampai semua sanksi keras yang dijatuhkan oleh Trump masih diberlakukan oleh Presiden Joe Biden. Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan Iran akan segera mengurangi pengayaan uranium dan penyebaran sentrifugal canggih setelah sanksi AS dicabut.
Tetapi dia juga mengklaim tidak terburu-buru karena juga mencoba meredam dampak sanksi melalui produksi lokal. Delegasi Iran di Wina yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi juga terdiri dari perwakilan dari bank sentral negara, kementerian perminyakan, dan organisasi energi atom karena sanksi terutama menargetkan sektor keuangan dan transfer minyak Iran.
Menurut kementerian luar negeri Iran, pembicaraan Wina mencakup negosiasi teknis dalam bentuk pertemuan ahli untuk mencari tahu bagaimana sanksi AS dapat dicabut dan bagaimana Iran dapat kembali memenuhi kesepakatan sepenuhnya. Di situlah kompleksitas pembicaraan.
Pembicaraan dapat diperpanjang jika negosiator membuat kemajuan, karena saat ini ada sekitar 1.600 sanksi AS telah menargetkan sejumlah individu dan entitas Iran dengan berbagai sebutan. Termasuk mereka yang terkait dengan "terorisme" dan pelanggaran hak asasi manusia.