Ahad 25 Apr 2021 06:01 WIB

Turki Bantah Genosida Armenia, Prancis Justru Terlibat

Turki disudutkan lakukan genosia di Armenia

Arsip staf yang menunjukkan dokumen dan foto asli tentang deportasi Armenia tahun 1915.
Foto:

Dalam sebuah wawancara dengan Yayasan Keamanan Turki-Amerika yang berbasis di New York, sejarawan Prancis mencatat bahwa pemindahan yang terjadi didasarkan pada alasan "keamanan nasional".

Kala itu ada 350.000 orang Armenia Utsmaniyah dibebaskan dari deportasi.

Guan memulai penelitian tentang peristiwa 1915 pada 2006-2007 dalam rangka memenuhi sebagian gelar Ph.D.

Penelitiannya baru-baru ini diubah menjadi sebuah buku, Hubungan antara Prancis dan Komite Revolusi Armenia pada periode 1918 hingga 1923.

Dalam karyanya, Guan mengatakan bahwa di antara indikasi kuat bahwa tidak terjadi genosida sistematis. Ini karena ada  perintah jelas yang dikeluarkan oleh pemerintah Ottoman untuk melindungi warga Armenia dan menghukum mereka yang dituduh terlibat dalam peristiwa yang terjadi antara 1915 dan 1917.

Laporan tentu 'mengejutkan' parlemen Prancis. Ini karena  Guan secara mengejutkan mendelegitimasi klaim Armenia tentang peristiwa tahun 1915.

"Tidak dapat diterima untuk berbicara tentang korban Armenia dan mengabaikan korban Muslim," katanya.

Dia kemudian menunjuk ke "informasi palsu" yang terkandung dalam buku, The Treatment of Armenians in the Ottoman Empire, yang dikenal di Turki sebagai The Blue Book oleh Arnold Toynbee yang menjadi dasar laporan parlemen Prancis.

'Amnesia' pemerintah Prancis tersebut mengacu pada partisipasi Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam perjamuan yang diselenggarakan oleh Ara Toranian, mantan pemimpin kelompok teror Tentara Rahasia Armenia untuk Pembebasan Armenia (ASALA).

Bahkan, Guan menuduh pemerintah Prancis menderita "amnesia" dengan mencatat bahwa pada 1980-an Polisi Prancis melakukan operasi yang sukses melawan organisasi teror tersebut.

"Tentang apa yang dilakukan Macron, saya lebih suka mengatakan bahwa ini adalah amnesia tragis di puncak pemerintahan negara. Situasi ini tidak hanya terkait dengan masalah Armenia, ”kata Guan.

Sejarawan Prancis ini mengutip beberapa upaya gagal yang berusaha untuk mengajukan tagihan ke parlemen Prancis yang menyerukan kriminalisasi karena menyangkal tuduhan Armenia terkait peristiwa 1915.

Belakangan, Armenia dan lobi Armenia di seluruh dunia menuntut agar Turki mengakui apa yang terjadi selama deportasi pada tahun 1915 sebagai "genosida" dan mereka meminta kompensasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement