Ahad 25 Apr 2021 10:00 WIB

Mualaf Asad, Jurnalis Yahudi yang Terpikat Arab dan Islam

lslamnya IMuhammad Asad menginspirasi banyak tokoh Barat dan Islam

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
lslamnya IMuhammad Asad menginspirasi banyak tokoh Barat dan Islam. Muhammad Asad saat bersama pendiri Arab Saudi.
Foto:

Salah satu teman terdekat Asad di Palestina, Jacob de Haan, seorang jurnalis Yahudi Belanda, dibunuh ekstremis Zionis karena penentangannya yang gigih terhadap cara orang Arab diperlakukan.

Bertahun-tahun kemudian ketika Israel mencoba untuk mengklaim seluruh Yerusalem, Asad akan terus membela hak-hak orang Palestina. Zionis ingin menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel selamanya, tulisnya dalam artikel The Vision of Jerusalem yang diterbitkan pada tahun 1982. "Tapi keabadian adalah atribut hanya dari Tuhan." katanya.

Dia berbicara dan menulis tentang bagaimana Islam memandang Yerusalem sebagai "Kota Suci" untuk semua agama dan bukan real-estate yang diberikan sebagai warisan kepada orang-orang Yahudi saja. 

Selama tinggal di Palestina dan perjalanan berikutnya ke Yordania, Mesir dan wilayah Muslim lainnya selama beberapa tahun berikutnya Asad mengembangkan ketertarikan pada orang Arab dan cara hidup mereka.

Ceritanya yang diterbitkan di Frankfurter Zeitung, salah satu jurnal Jerman yang paling dihormati, berbicara tentang orang Arab sebagai orang-orang yang "diberkati" yang menjalani kehidupan yang sangat sederhana yang secara langsung mengarah dari lahir sampai mati. Artikel-artikelnya kemudian disusun sebagai buku pertamanya, The Unromantic Orient.

Bertahun-tahun kemudian ketika dia diminta untuk berbicara tentang terjemahan Alqurannya, Asad malah mendedikasikan sebagian besar pidatonya tentang mengapa dia pikir Tuhan memilih untuk mengirim utusan terakhir-Nya ke tanah Arab. 

Kehidupan yang sulit di gurun membuat orang nomaden Arab menyadari betapa tidak pentingnya dirinya. Menurut Asad, seorang nomaden menghargai bahwa di luar banyak dewa suku Arab, harus ada satu Yang Tertinggi yang menopang kehidupan.

Setelah pengalamannya di Palestina, dia melakukan perjalanan lebih jauh ke semenanjung Arab, di tempat yang sekarang menjadi Arab Saudi, membenamkan dirinya dalam kehidupan gurun dan menjadi orang Arab virtual sebagaimana terbukti dari penguasaannya atas bahasa Arab.

Selama enam tahun, dia hidup di antara suku-suku nomaden di Arab Saudi, menunggang unta, mengenakan pakaian, dan mempelajari dialek mereka.  Dari Arab Saudi hingga Pakistan dan Amerika Serikat, Asad telah meninggalkan pengaruh abadi dalam membantu ribuan orang menemukan keyakinan mereka.

 

Sumber: trtworld 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement