IHRAM.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel mendorong penarikan ribuan paskan Asing dari Libya. Langkah ini diperlukan untuk mendukung pemerintah sementara di negara Afrika itu, yang dillanda konflik sejak penggulingan Muammar Gaddafi pada 2011.
Sebelumnya, Turki juga melakukan langkah serupa. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan pentingnya penarikan pasukan asing di Libya. Baik Merkel maupun Erdogan sepakat memberikan dukungan terhadap pemerintah baru negara itu, yang dipimpin oleh Abdhelhamid Dbeibah.
Pemerintah sementara Libya dibentuk pada Maret, menggantikan dua pemerintah yang bersaing, yaitu Pemerintah Kesepakatan National (GNA) yang diakui secara internasional dan berbasis di Ibu Kota Tripoli dan pemerintah yang tidak diakui, dipimpin oleh Khalifa Haftar di wilayah timur negara itu.
GNA sangat bergantung pada dukungan militer Turki untuk menghadapi serangan dari pasukan Haftar pada 2019 hingga 2020. Sementara, Haftar mendapat dukungan dari sejumlah negara seperti Mesir dan Rusia.
Pemerintah sementara baru Libya telah mendesak Turki untuk bekerja sama atas penarikan pasukan asing dan tentara bayaran dari negara itu. Langkah ini dikatakan dapat membantu mendukung gencatan senjata yang telah berlangsung selama tujuh bulan.
Meski demikian, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengkritik pihak yang kehadiran pasukan negara di Libya dinilai setara dengan kelompok tidak sah.
Pembentukan pemerintahan baru di Libya telah menimbulkan harapan yang hati-hati bahwa negara tersebut dapat keluar dari konflik dan kekacauan yang telah menjerat. Namun keberadaan pasukan dan tentara bayaran asing yang terus berlanjut, yang diperkirakan oleh PBB mencapai 20 ribu personel secara luas dianggap sebagai ancaman bagi proses transisi.