Kesepakatan nuklir
Presiden terpilih Iran juga memperluas posisinya pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia. Raisi mengulangi sikap yang dia umumkan selama debat presiden, yaitu dia mendukung kesepakatan itu, tetapi mengatakan AS harus kembali ke komitmennya dan pertama-tama mencabut sanksi sepihak yang dijatuhkan setelah mengabaikan kesepakatan bersejarah itu.
“Dunia harus tahu situasinya telah berubah. Sampai hari ini, tekanan maksimum belum berhasil pada orang-orang kami sehingga mereka harus mempertimbangkan kembali dan kembali," katanya mengacu pada kebijakan mantan presiden Donald Trump tentang Iran.
Dia menambahkan kebijakan luar negeri pemerintahnya tidak dimulai dengan JCPOA dan tidak akan terbatas pada itu karena akan mencakup keseimbangan keterlibatan dengan dunia dan kawasan. “Negosiasi apa pun yang menjamin kepentingan nasional kami akan didukung oleh kami. Tetapi kami tidak akan menggantungkan situasi ekonomi rakyat kami dengan negosiasi dan tidak akan membiarkan negosiasi demi negosiasi,” kata Raisi.
Ditanya apakah dia akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden, jawabannya adalah "tidak". Dia juga tidak menjawab pertanyaan apakah akan mempertahankan tim perunding saat ini yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, seorang negosiator nuklir veteran.
Pembicaraan putaran keenam di Wina untuk memulihkan kesepakatan itu berakhir pada Ahad dengan delegasi mengatakan kesepakatan akhir sudah dekat tetapi beberapa masalah utama masih belum terpecahkan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan awal pekan ini dia yakin kesepakatan dapat dicapai sebelum Raisi menjabat pada awal Agustus.
Raisi menjadi presiden kedelapan Iran dalam pemilihan pada Jumat (18/6) yang melihat jumlah pemilih 48,8 persen, terendah sejak revolusi 1979, setelah beberapa kandidat saingan diskualifikasi.