Selasa 22 Jun 2021 07:56 WIB

Presiden Iran Ungkap Kaitannya dengan Eksekusi Massal

Raisi adalah presiden Iran pertama yang dikenai sanksi Amerika Serikat pada 2019.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Iran Ungkap Kaitannya dengan Eksekusi Massal. Presiden terpilih Iran Ebrahim Raisi menyapa media saat dia pergi setelah konferensi pers pertamanya setelah memenangkan pemilihan presiden, di Teheran, Iran, 21 Juni 2021. Raisi mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengikuti negosiasi nuklir dengan kekuatan dunia tetapi tidak untuk waktu yang lama , menambahkan bahwa AS harus mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan JCPOA
Foto:

Kesepakatan nuklir

Presiden terpilih Iran juga memperluas posisinya pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia. Raisi mengulangi sikap yang dia umumkan selama debat presiden, yaitu dia mendukung kesepakatan itu, tetapi mengatakan AS harus kembali ke komitmennya dan pertama-tama mencabut sanksi sepihak yang dijatuhkan setelah mengabaikan kesepakatan bersejarah itu.

“Dunia harus tahu situasinya telah berubah. Sampai hari ini, tekanan maksimum belum berhasil pada orang-orang kami sehingga mereka harus mempertimbangkan kembali dan kembali," katanya mengacu pada kebijakan mantan presiden Donald Trump tentang Iran.

Dia menambahkan kebijakan luar negeri pemerintahnya tidak dimulai dengan JCPOA dan tidak akan terbatas pada itu karena akan mencakup keseimbangan keterlibatan dengan dunia dan kawasan. “Negosiasi apa pun yang menjamin kepentingan nasional kami akan didukung oleh kami. Tetapi kami tidak akan menggantungkan situasi ekonomi rakyat kami dengan negosiasi dan tidak akan membiarkan negosiasi demi negosiasi,” kata Raisi.

Ditanya apakah dia akan bertemu dengan Presiden AS Joe Biden, jawabannya adalah "tidak". Dia juga tidak menjawab pertanyaan apakah akan mempertahankan tim perunding saat ini yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, seorang negosiator nuklir veteran.

Pembicaraan putaran keenam di Wina untuk memulihkan kesepakatan itu berakhir pada Ahad dengan delegasi mengatakan kesepakatan akhir sudah dekat tetapi beberapa masalah utama masih belum terpecahkan. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan awal pekan ini dia yakin kesepakatan dapat dicapai sebelum Raisi menjabat pada awal Agustus.

Raisi menjadi presiden kedelapan Iran dalam pemilihan pada Jumat (18/6) yang melihat jumlah pemilih 48,8 persen, terendah sejak revolusi 1979, setelah beberapa kandidat saingan diskualifikasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement