IHRAM.CO.ID, WASHINGTON — Warga Arab Saudi yang diduga terlibat dalam pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 pernah menerima pelatihan paramiliter di Amerika Serikat (AS). Hal ini dilaporkan oleh The New York Times pada Selasa (22/6).
Khashoggi terbunuh pada Oktober 2018 saat berada di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Saat itu, ia yang sedang mengurus dokumen untuk keperluan pernikahannya menghilang dan diyakini telah dibunuh oleh tim pemerintah negara kerajaan.
Pemerintah AS pada akhir Februari lalu mengatakan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman adalah sosok yang menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi. Hal ini membuat Arab Saudi mendapatkan sanksi berupa pembatasan visa dan sanksi pada individu yang diyakini ditugaskan untuk melakukannya.
Dilansir The Hill, sebuah perusahaan keamanan yang berbasis di Arkansas bernama Tier 1 Group memberi pelatihan untuk sejumlah operasi tersebut. Meski demikian, pelatihan ini disebut bersifat defensif atau dirancang melindungi para pemimpin Arab Saudi dengan lebih baik.
Namun, unit operasi tersebut di saat yang sama diduga justru memulai serangkaian penculikan, penahanan dan penyiksaan terhadap warga Arab Saudi untuk menghancurkan perbedaan pendapat. Selama ini, Khashoggi menjadi salah satu orang yang dikenal sebagai kritikus dari Mohammed terkait sejumlah kebijakan putra mahkota tersebut.
Louis Bremer, seorang eksekutif senior di perusahaan induk Tier 1, Cerberus Capital Management, mengonfirmasi peran Tier 1 dalam pelatihan tersebut kepada Times. Ia menguraikan rincian pelatihan dalam sebuah dokumen yang diberikan kepada surat kabar dengan jawaban tertulis atas pertanyaan untuk anggota parlemen AS.
Menurut dokumen tersebut, empat anggota tim yang membunuh Khashoggi menerima pelatihan dari Tier 1 Group pada 2017. Sementara, dua dari mereka telah menerima versi pelatihan sebelumnya yang berlangsung dari Oktober 2014 hingga Januari 2015.
Namun, Bremer mengatakan pelatihan itu tidak terkait dengan tindakan keji yang dilakukan selanjutnya. Ia juga mengatakan bahwa pada Maret 2019, Tier 1 Group tidak menemukan kesalahan oleh perusahaan dan menegaskan bahwa pelatihan kurikulum yang ditetapkan tidak terkait dengan pembunuhan Khashoggi.
Bremer mengatakan bahwa tidak melakukan pelatihan lebih lanjut terhadap warga Arab Saudi setelah Desember 2017. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan bahwa pihaknya belum dapat mengkonfirmasi atau mengomentari aktivitas lisensi ekspor pertahanan berlisensi yang dituduhkan dalam pelaporan media.
“Arab Saudi menghadapi ancaman signifikan terhadap wilayahnya, dan kami berkomitmen untuk bekerja sama membantu Riyadh memperkuat pertahanannya,” ujar Price.
Price mengatakan pada saat yang sama, warga Amerika berharap bahwa kebijakan AS terhadap kemitraan strategis dengan Arab Saudi akan memprioritaskan supremasi hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ia menegaskan bahwa ini tidak dapat dipisahkan dari kepentingan yang dibawa Washington dalam kemitraan itu.