Senin 26 Jul 2021 15:28 WIB

KH Abdul Manaf Mukhayyar Rintis Pesantren di Jakarta (I)

Cukup banyak lembaga pendidikan tradisional Islam yang berdiri di Ibu Kota.

Lomba hafalan Alquran di Pesantren Darunnajah
Foto:

Mendirikan madrasah

Kerja keras KH Abdul Manaf dalam mendirikan Pondok Pesantren Darunnajah tidak bermula dari nol. Dalam arti, dirinya sudah pernah merintis majelis agama di lingkungan terdekat.

Pertama-tama, lulusan sekolah Jam'iyyat Khair ini mengadakan pengajian untuk mendidik adik-adik dan saudara-saudaranya di paviliun rumah orang tuanya di bilangan Kebon Kelapa, Palmerah. Mereka diajari cara melakukan shalat, dan membaca Alquran, dan lain-lain. Hal itu dila kukan cukup lama sampai masa pendudukan Jepang.

Pada 1942, ayahnya, H Mukhayyar, mendirikan Madrasah Islamiyah di samping rumahnya. Bangunan madrasah itu tampak sangat sederhana dengan atap yang terbuat dari daun kelapa dan masih berlantai tanah. H Mukhayyar menugaskan Abdul Manaf untuk mengangani kegiatan belajarmengajar di sana. Madrasah tersebut tetap bertahan hingga akhir zaman penjajahan Nippon atau bahkan kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Barulah ketika masa revolusi fisik, keadaan berubah drastis. Keberlangsungan institusi ini terpaksa diva kumkan untuk sementara. Lagi pula, mayoritas pemuda Muslim di Jakarta terjun dalam kan cah perjuangan mempertahankan ke merdekaan. Mereka mengikuti laskarlaskar perlawanan. Waktu itu, KH Abdul Manaf sudah berkeluarga.

Tepat satu tahun setelah Proklamasi RI, ia dan istrinya, Tsurayya, dikaruniai seorang anak bernama Suniyati. Akibat gempuran pasukan musuh, Jakarta kian tidak kondusif. Pemerintah RI kemudian memindahkan ibu kota ke Yogyakarta. Dalam tahun-tahun yang sulit itu, Kiai Abdul Manaf dan keluarganya hidup berpindah-pindah hingga akhirnya menetap di Kampung Sukrenda, Ciomas, Serang, Banten. Di sa nalah lahir anak keduanya, Saifud din Arief.

Pada 1949, dunia internasional menekan Belanda untuk berunding dengan RI. Keadaan dalam negeri pun, termasuk Jakarta, menjadi sedikit lebih tenang. Kiai Abdul Manaf memutuskan untuk kembali memboyong keluarganya ke Palmerah.

 

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement