IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Sebuah forum internasional tentang peran Arab Saudi dalam memperkuat koeksistensi damai ditutup Rabu (4/8) kemarin. Forum diakhiri dengan menekankan persatuan dan posisi bulat menolak retorika sektarianisme, ungkapan kebencian, serta perselisihan.
Diselenggarakan oleh Liga Muslim Dunia (MWL), Forum Ulama Irak di Makkah ini diadakan di hadapan ulama senior Sunni dan Syiah.
Dilansir di Arab News, Kamis (5/8), di akhir kegiatan muncul pernyataan yang menekankan perlunya mengaktifkan “Dokumen Mekah”. Saluran dialog yang konstruktif dan komunikasi positif perlu dibuka di antara para ulama, sehingga dapat menyelesaikan masalah dan krisis.
Pernyataan terakhir juga merekomendasikan pembentukan badan atau lembaga untuk komunikasi budaya antar sekte yang terdiri dari masyarakat Muslim, di samping perlu ada komite koordinasi yang menyatukan ulama Irak dan MWL.
Forum tersebut menekankan perlunya menghadapi ekstremisme agama dari semua sumber, serta memperkuat sarana untuk menolak retorika kebencian intelektual dan budaya di dunia Muslim.
Sekjen MWL, Sheikh Mohammed Al-Issa, mengatakan pemerintah Irak telah membuat langkah besar untuk memperkuat identitas negaranya. Ia juga menambahkan dalam pertemuan tersebut, para ulama Irak telah memperingatkan adanya penyakit sektarianisme.
“Antara Sunni dan Syiah, tidak ada yang lain selain pemahaman persaudaraan dan koeksistensi yang ideal, kerja sama dan integrasi dalam konteks kasih sayang yang tulus, sambil memahami kekhususan masing-masing sekte dalam agama yang sama," kata dia.
Menteri Wakaf dan Urusan Agama di Kurdistan-Irak, Pshtiwan Sadiq Abdullah, mengatakan pemerintahnya tidak menyia-nyiakan upaya apa pun dalam membangun Irak federal yang baru dan progresif. Negara disebut telah berkontribusi dalam penyusunan konstitusi yang menjamin hak-hak semua komponen.
Dia juga mengatakan Kurdistan masih menjadi tempat yang aman, karena dapat menikmati hidup berdampingan secara damai dan menghormati semua agama maupun sekte.
Kepala Cendikiawan Dewan Yurisprudensi Irak, Sheikh Ahmed Hassan Al-Taha, memuji peran Kerajaan Saudi di bawah kepemimpinan Raja Salman dalam upaya memperkuat perdamaian regional dan internasional, sembari menggagalkan ekstremisme.
Dia menyebut keberadaan Dokumen Makkah 2006 merupakan bukti terbaik untuk menghentikan pertumpahan darah di Irak yang terluka.
"Kurdi adalah pelopor dalam mencari kebaikan terlepas dari keragaman etnis, agama dan sektarian, yang menjadikan Kurdistan-Irak sebagai panutan di semua tingkatan,” kata Kepala Persatuan Cendekiawan Islam Kurdistan, Sheikh Abdullah Said Waysi.
Dia juga mengatakan upaya lembaga-lembaga keagamaan di Kurdistan-Irak berkisar pada penguatan prinsip komunikasi dan kerja sama di antara semua pihak di Irak, berdasarkan landasan melayani masyarakat dan kepentingan warganya.
Adapun delegasi ulama senior Irak tiba di Arab Saudi pada Selasa malam untuk berpartisipasi dalam forum tersebut.