IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pemanfaatan ruang digital untuk penjualan dan pengenalan produk maupun teknologi otomotif sudah menuju optimal. Namun, masyarakat Indonesia dinilai butuh adaptasi.
"Menuju optimal. Karena sebenarnya enggak secepat itu orang bisa beradaptasi terhadap sesuatu yang baru," kata Akademisi dan pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus, saat dihubungi , Kamis (5/8).
Menurut Yannes, tantangan yang saat ini dihadapi perusahaan sektor otomotif ketika menjual mobil secara digital adalah pengalaman interaksi antara marketing perusahaan dengan calon konsumen.Karakter orang Indonesia saat akan membeli barang yang dinilai mahal cenderung ingin melihat barangnya secara langsung.
"Secara daring ini paling hanya bisa memberikan informasi-informasi yang sifatnya visual. Tapi, orang naik mobil tetap mau ada in-touch, test driver misalnya, untuk memastikan kendaraan itu cocok atau tidak untuk dia. Jadi tetap harus ada hybrid. Tentu dengan mengikuti protokol kesehatan saat mendatangi gerai terdekat," tutur Yannes.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto juga setuju bahwa pameran mobil tetap penting dilakukan secara luring."Masyarakat Indonesia masih belum terbiasa membeli barang mahal tanpa melihat sendiri secara fisik," kata Jongkie.
"Pameran mobil harus dilakukan karena masyarakat masih banyak yang ingin melihat langsung mobilnya, bahkan mencoba dulu mobilnya," tambahnya.