Selasa 10 Aug 2021 11:43 WIB

Menlu AS Desak Arab Perbaiki Hak Asasi

Blinken Desak Arab Saudi Perbaiki Hak Asasi

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Subarkah
Mohammed bin Salman (MBS)  dan Jamal Khashoggi
Foto: google.com
Mohammed bin Salman (MBS) dan Jamal Khashoggi

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meminta Arab Saudi untuk memperbaiki hak asasi manusia. Hal ini ia sampaikan saat berbicara dengan Menteri Luar Negara Arab Saudi Faisal bin Farhan Al Saud.

Dalam pernyataannya Departemen Luar Negeri AS mengatakan Blinken dan Farhan membahas keamanan di Timur Tengah dan serangan ke kapal tanker Mercer Street di Laut Arab bulan lalu. Washington menuduh Iran dalang dari serangan tersebut.

Mereka juga membahas kerja sama keamanan, bantuan Arab Saudi untuk gencatan senjata komprehensif di Yaman dan langkah yang perlu dilakukan untuk memitigasi krisis humanitarian di Yaman.

"Menteri Blinken menekankan perlunya progres pada hak asasi manusia," kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya Selasa (10/8).

Pernyataan serupa pernah disampaikan dalam pembicaraan antara penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dengan deputi Menteri Pertahanan Arab Saudi bulan Juli lalu. Dalam pernyataannya Departemen Luar Negeri AS tidak menyinggung pembunuhan jurnalis dan kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi.

Pembunuhan Khashoggi di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki terjadi pada masa pemerintahan Donald Trump. Presiden AS Joe Biden mengguncang hubungan dengan Arab Saudi, sekutu dekat AS.

Pada bulan Februari lalu ia mengizinkan intelijen AS merilis laporan tentang temuan mereka, penguasa de facto Arab Saudi Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) menyetujui operasi yang membuat Khashoggi terbunuh. Sementara Riyadh membantah keterlibatan MbS.

Biden juga menghentikan bantuan AS untuk operasi serangan koalisi Arab Saudi dalam perang Yaman. Tapi ia menolak usulan anggota parlemen dan kelompok hak asasi manusia untuk memberlakukan sanksi pada MbS. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement