IHRAM.CO.ID,JOHANNESBURG -- Komunitas Muslim Afrika Selatan (Afsel) menunjukkan kekaguman dan rasa syukurnya setelah pemerintah Turki membantu mereka dalam merenovasi sebuah masjid di kota bersejarah Soweto. Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Jumat (13/8), kepala komunikasi di Masjidul Umma di Soweto, Luqmaan Mogapi juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas kedermawanan pemerintahannya.
"Atas nama masyarakat Soweto, kami berterima kasih dan menghargai bantuan dan dukungan yang telah diberikan pemerintah Turki kepada kami dalam merenovasi masjid kami," kata Mogapi, dilansir di Anadolu Agency, Sabtu (14/8).
Badan Kerjasama dan Koordinasi Turki (TIKA) merenovasi keseluruhan Masjid Soweto di kota Metropolitan Johannesburg atas permintaan dari tokoh masyarakat Muslim. TIKA menyelesaikan banyak pekerjaan renovasinya di masjid tersebut pada akhir 2019. Namun meski orang-orang berbondong-bondong untuk beribadah di sana, masjid di Soweto itu belum dibuka secara resmi.
Pada 2002, masjid yang terletak di lingkungan Dlamini itu rusak parah ketika para tersangka ekstremis sayap kanan melakukan pengeboman di daerah terdekat. Masjidul Umma adalah masjid bersejarah karena merupakan masjid pertama yang dibangun di Soweto.
Masjid tersebut dibangun pada 1984. Soweto sendiri merupakan sebuah kota bersejarah yang telah menjadi rumah bagi banyak aktivis anti-apartheid, termasuk mendiang Presiden Nelson Mandela.
"Almarhum Winnie Mandela (istri Nelson Mandela) adalah tamu kehormatan kami pada pembukaan masjid ini pada Agustus 1986," kata Mogapi.
Mogapi mengatakan, bahwa mereka bermaksud untuk mengunjungi beberapa anggota sayap kanan yang dipenjara karena mengebom beberapa bagian Soweto, termasuk masjid mereka.
"Kami akan memberi mereka salinan Alqur'an, kitab suci umat Islam, dan mereka dapat menerima Islam, dan ketika mereka dibebaskan, mereka dapat menjadi imam dan menyebarkan perdamaian," ujarnya.
Imam masjid saat ini, Ali Abu Musa Mandiwa, mengingat ketika imam masjid sebelumnya lolos dari kematian ketika bom meledak. Ia mengatakan, tindakan kelompok ekstremis kulit putih sayap kanan yang menargetkan masjid tersebut adalah serangan yang tidak masuk akal, karena masjid itu tidak ada hubungannya dengan pemerintah atau politik.
Ekstremis sayap kanan berusaha untuk mengacaukan Afrika Selatan tak lama setelah negara itu mencapai demokrasi, mengakhiri rezim apartheid yang brutal pada 1994.