"Dengan cara merubah pola pikir mereka (anak-anak Afghanistan melalui sekolah di Indonesia) agar mereka jangan ekstrem kiri atau ekstrem kanan, tetapi itu tidak mudah dan butuh waktu, (sekarang) sudah banyak yang kuliah dari Afghanistan di Indonesia tapi itu kan baru," jelasnya.
Kiai Muhyiddin melihat, negara-negara Arab enggan terlibat dalam konflik di Afghanistan. Maka Rusia dan Amerika menjadikan Afghanistan sebagai medan perang untuk menguji senjata-senjata baru mereka.
Ia menambahkan, negara super power seperti Jepang dan Cina, mereka juga punya agenda tersembunyi. Karena Afghanistan juga punya sumber daya alam yang relatif bagus, misalnya nikel dan lain sebagainya. Tentu hal itu menarik perhatian negara-negara industri yang maju.