IHRAM.CO.ID, KABUL -- Warga Afghanistan antri dan berkerumun di Bank setelah kembali buka. Sebagian besar lembaga keuangan di Kabul tutup pada 15 Agustus sore, tepat sebelum mantan Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dan Taliban tiba di ibu kota.
Awalnya, penutupan itu sebagai tanggapan atas kekhawatiran bahwa kedatangan Taliban di Kabul akan menyebabkan pertumpahan darah dan penjarahan. Namun, seiring berlalunya waktu perbankan tetap tutup karena keputusan Washington untuk memotong akses emas senilai 7 miliar dolar AS dan cadangan tunai Bank Sentral Afghanistan di Federal Reserve. Dana Moneter Internasional juga memotong akses pinjaman yang telah dijanjikan senilai lebih dari 370 juta dolar AS.
Transaksi keuangan di kalangan warga Afghanistan masih berbasis uang tunai. Oleh karena itu, sebagian besar warga khawatir dengan tutupnya lembaga keuangan selama berhari-hari. Mereka takut kehabisan persediaan uang tunai.
Salah satu warga Afghanistan, Massoud (35 tahun) selama 10 hari terakhir khawatir tidak bisa menafkahi keluarganya di di provinsi utara, Kunduz. Dia memiliki uang simpanan sebesar 20 ribu Afghan atau 232 dolar AS di bank.