Rabu 01 Sep 2021 17:10 WIB

KH Mustofa Kamil, Berjuang Hingga Titik Penghabisan (I)

KH Mustofa Kamil berkeyakinan penjajahan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto:

Dasar-dasar Islam yang kuat dari ayahnya menjadi bekalnya untuk menempuh pendidikan di pesantren lain. Beberapa lembaga tempatnya menimba ilmu ialah Pesantren Biru Garut, Pesantren Pangkalan, Peantren Dukuh, Pesantren Surajaya Cirebon, dan Pesantren Kuningan. Dirinya pun sempat nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng, di bawah asuhan KH Hasyim Asy'ari.

Mustofa Kamil pertama kali menunaikan haji pada 1900-an. Kesempatan itu pun diambilnya juga sebagai jalan meneruskan pendidikan. Di Masjidil Haram, Makkah al-Mukarramah, dirinya menuntut ilmu pada banyak alim ulama setempat. Salah seorang patronnya di sana ialah Syekh Haji Salim, seorang pedagang Garut yang sudah lama bermukim di Makkah.

Selama di Tanah Suci, Mustofa Kamil dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak terpuji. Karena itu, saat ia meminang putri Syekh Haji Salim, pihak keluarga tanpa ragu menyetujuinya. Ia pun menikah dengan Hj Siti Aminah.

Pasangan ini dikarunai seorang putri yang bernama Robiah. Selama belajar di Makkah, Kiai Mustofa banyak dipengaruhi oleh guru-gurunya. Mereka umumnya berasal dari Afrika Utara dan Asia Barat. Dari penuturan mereka pula, dirinya mendapatkan kisah tentang pahit getirnya perjuangan melawan penjajah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement