IHRAM.CO.ID, LONDON -- Kondisi para pengungsi Afghanistan yang tiba di Inggris memprihatinkan. Mereka tiba tanpa mengenakan sepatu dan dalam keadaan tubuh menggigil. Beberapa balita mengenakan popok yang sama dengan yang mereka kenakan saat meninggalkan rumah mereka beberapa hari sebelumnya.
Para relawan menggambarkan martabat dan ketabahan yang luar biasa dari para pengungsi Afghanistan, termasuk sekitar 2.200 anak-anak, yang diterbangkan ke Inggris dari cengkeraman Taliban. Pemimpin tim Palang Merah Inggris, Dara Leonard, mengatakan bahwa beberapa pendatang baru tersebut pingsan karena kelelahan di terminal bandara.
"Ini adalah orang-orang yang paling kelelahan. Pegang ucapan saya, mereka sangat tabah, sangat bermartabat, tetapi mereka benar-benar melakukannya dengan hati-hati. Melihat para ibu mendorong anak-anak mereka ke depan menuju keselamatan cukup fenomenal," kata Leonard, yang termasuk orang pertama yang bertemu dengan keluarga Afghanistan yang tiba di bandara Heathrow pekan lalu, dilansir di the Guardian, Rabu (1/9).
Leonard mengungkapkan, mereka tampak begitu putus asa untuk meninggalkan Afghanistan sehingga, banyak anak-anak yang tiba dengan telanjang kaki. Sementara itu, beberapa lainnya termasuk wanita hamil dan orang sakit dan sangat lemah, langsung dilarikan ke rumah sakit.
"Saya belum pernah melihat martabat dan ketahanan manusia seperti itu, mereka sangat ramah, sangat sabar, begitu tabah. Saya tidak mengalami mendengar orang yang meninggikan suara sepanjang pekan, orang-orang yang begitu luar biasa," tambahnya.
Tim tanggap darurat menggambarkan pemandangan di bandara Inggris sebagai hal yang mengejutkan dan kekacauan mutlak. Mereka menyaksikan ketika ribuan orang yang lemah dan rentan diproses sebelum diangkut ke hotel yang terkadang lebih dari 100 mil jauhnya. Di hotel tersebut, mereka harus dikarantina selama 10 hari.
Personel militer Inggris terakhir kembali ke Inggris pada Ahad (29/8) lalu. Pemerintah mengatakan sekitar 5.000 warga negara Inggris dan keluarga mereka telah diterbangkan dari Kabul, bersama lebih dari 8.000 warga Afghanistan yang merupakan mantan staf Inggris dan keluarga mereka serta mereka yang dianggap berisiko dari Taliban.
Menurut para pakar, semua pengungsi Afghanistan itu telah menderita trauma yang dapat diperparah jika mereka tidak segera menetap di Inggris. Seorang akademisi Oxford yang berspesialisasi dalam gangguan stres pasca-trauma (PTSD), Dr Jennifer Wild, mengatakan akan sangat penting untuk memutuskan hubungan kognitif antara hal-hal yang mereka alami di Afghanistan dan saat ini, untuk segera masuk ke rutinitas yang stabil dan untuk berbicara kepada orang-orang tentang apa yang mereka alami.
“Ini akan sangat individual. Ini akan menjadi perubahan budaya bagi warga Afghanistan yang kami bawa ke sini – dan bagi warga Inggris yang pulang," kata Wild, yang merupakan seorang profesor di bidang psikologi eksperimental dan konsultan psikolog klinis.