Sabtu 04 Sep 2021 22:10 WIB

JK: Taliban tak Berubah Ekonomi akan Hancur

Taliban diyakini akan memerintah dengan cara yang berbeda dibanding tahun 1990-an.

Rep: Lintar Satria/ Red: Agung Sasongko
 Pasukan Taliban berkumpul untuk merayakan penarikan pasukan AS di Kandahar, Afghanistan, 1 September 2021. Taliban menyerukan dukungan dari masyarakat internasional untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur akibat konflik selama dua dekade dan sangat bergantung pada bantuan asing.
Foto:

Tentu, lanjutnya, negara-negara Barat akan menentangnya. Menurutnya negara-negara Barat akan kembali membantu Afghanistan akan tidak jatuh ke tangan China. Walaupun rakyat Afghanistan selalu melawan negara-negara besar yang ingin mengusai negaranya.

Jusuf Kalla mengatakan akhir dari konflik Afghanistan adalah perdamaian. Afghanistan sempat menggelar pemilu saat masih diduduki AS. Meski angka partisipasinya rendah, menurut Jusuf Kalla sekitar 30 persen atau 3-4 juta orang dari 38 juta penduduk.  

Kini pertanyaan apakah Taliban dapat melanjutkan demokratisasi yang sempat dibangun AS. Tentu, lanjut Jusuf Kalla tidak mudah mengharapkan Taliban menerapkan demokrasi seperti pemerintah sebelumnya. 

AS datang ke Afghanistan untuk menangkap Osama bin Laden yang sudah tewas tahun 2011. Tapi AS masih bertahan di Afghanistan selama 10 tahun. Menurut Jusuf Kalla sebenarnya Washington mencari pintu keluar dari Afghanistan.

"Karena itu mengapa dengan mudah (Taliban) menguasai Kabul, bukan karena Taliban itu hebat tapi karena pemerintah Afghanistan tidak ingin ada pertumpahan darah, tidak mau ada perang saudara, akhirnya yang terjadi sebuah penyelesaian damai sebenarnya," katanya.

 

Tapi, tambah Jusuf Kalla semuanya kembali tergantung pada sikap Taliban. Apakah kelompok milisi tersebut bersedia menerapkan pemerintah yang terbuka atau tidak. n Lintar Satria

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement