IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyesali kejatuhan pemerintahannya. Hal itu diungkap dalam akun twitter-nya,
"Dengan penyesalan yang mendalam dan mendalam bahwa bab saya sendiri berakhir dengan tragedi yang sama dengan pendahulu saya, tanpa memastikan stabilitas dan kemakmuran. Saya meminta maaf kepada orang-orang Afghanistan bahwa saya tidak dapat mengakhirinya secara berbeda," ujar Ghani.
Ghani mengatakan, pergi atas desakan tim keamanannya. Tim tersebut mengatakan bahwa jika dia tetap tinggal, ada risiko pertempuran mengerikan yang sama yang dialami kota selama Perang Saudara 1990-an.
"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tapi saya yakin itu satu-satunya cara untuk membungkam senjata dan menyelamatkan Kabul dan enam juta warganya," kata Ghani.
Pernyataan itu sebagian besar menggemakan pesan yang dikirim Ghani dari Uni Emirat Arab segera setelah kepergiannya. Alasan tersebut menuai kritik pahit dari mantan sekutu yang menuduhnya berkhianat.