Kamis 23 Sep 2021 19:45 WIB

Taliban Kuasai Lagi Afghanistan, Musik Kembali Dilarang?

Saat Taliban berkuasa akhir 1990-an, musik dilarang diperdengarkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
 Kepala polisi distrik Taliban Shirullah Badri berdiri di depan bendera Taliban selama wawancara di kantornya di Kabul, Afghanistan, Senin, 20 September 2021.
Foto:

Kondisi yang semakin tidak aman untuk industri membuat banyak musisi mengajukan visa ke luar negeri. Di rumah keluarga maestro lain di Kharabat, tas semua orang dikemas, siap untuk pergi kapan pun mereka bisa.

Pada satu ruangan, sekelompok musisi berkumpul pada hari terakhir, minum teh dan mendiskusikan situasi. Mereka berbagi foto dan video dari penampilan mereka di seluruh dunia, Moskow, Baku, New Delhi, Dubai, hingga New York.

"Musisi tidak pantas lagi di sini. Kita harus pergi. Cinta dan kasih sayang tahun-tahun terakhir hilang," kata seorang pemain drum,yang karirnya telah membentang 35 tahun dan yang merupakan master dari pusat pendidikan musik terkemuka di Kabul.

Salah satu yang sudah berhasil pergi adalah Aryana Sayeed, bintang pop perempuan papan atas yang juga menjadi juri di acara pencarian bakat TV, "The Voice of Afghanistan." Sudah terbiasa dengan ancaman pembunuhan oleh kelompok garis keras Islam, Sayeed memutuskan untuk melarikan diri pada hari ketika Taliban mengambil alih Kabul.

"Saya harus bertahan hidup dan menjadi suara bagi perempuan lain di Afghanistan," kata Sayeed yang berada di Istanbul. 

Sayeed mengatakan telah meminta pihak berwenang Turki untuk membantu musisi lain keluar dari tanah airnya. "Taliban bukan teman Afghanistan, mereka adalah musuh kita. Hanya musuh yang ingin menghancurkan sejarah dan musik Anda," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement