Kondisi yang semakin tidak aman untuk industri membuat banyak musisi mengajukan visa ke luar negeri. Di rumah keluarga maestro lain di Kharabat, tas semua orang dikemas, siap untuk pergi kapan pun mereka bisa.
Pada satu ruangan, sekelompok musisi berkumpul pada hari terakhir, minum teh dan mendiskusikan situasi. Mereka berbagi foto dan video dari penampilan mereka di seluruh dunia, Moskow, Baku, New Delhi, Dubai, hingga New York.
"Musisi tidak pantas lagi di sini. Kita harus pergi. Cinta dan kasih sayang tahun-tahun terakhir hilang," kata seorang pemain drum,yang karirnya telah membentang 35 tahun dan yang merupakan master dari pusat pendidikan musik terkemuka di Kabul.
Salah satu yang sudah berhasil pergi adalah Aryana Sayeed, bintang pop perempuan papan atas yang juga menjadi juri di acara pencarian bakat TV, "The Voice of Afghanistan." Sudah terbiasa dengan ancaman pembunuhan oleh kelompok garis keras Islam, Sayeed memutuskan untuk melarikan diri pada hari ketika Taliban mengambil alih Kabul.
"Saya harus bertahan hidup dan menjadi suara bagi perempuan lain di Afghanistan," kata Sayeed yang berada di Istanbul.
Sayeed mengatakan telah meminta pihak berwenang Turki untuk membantu musisi lain keluar dari tanah airnya. "Taliban bukan teman Afghanistan, mereka adalah musuh kita. Hanya musuh yang ingin menghancurkan sejarah dan musik Anda," katanya.