"Reaksi saya sangat berbeda dengan reaksi suami saya. Dia menyarankan agar saya tidak terkejut dengan dunia pasca-Brexit ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa kejahatan kebencian terhadap orang-orang yang dianggap pendatang atau berbeda karena ras atau agama melonjak setelah referendum 2016. Brexit mendapat manfaat dari orang lain, dan Britain First melakukan hal yang sama," paparnya.
Peerbacos mengatakan dirinya telah menjadi korban kejahatan rasial sebelumnya dan merasa seolah-olah belakangan ini, sejak Brexit, kejahatan rasial dan pelecehan telah meningkat. Kekhawatiran terbesarnya yaitu membiarkan Britain First memiliki platform seperti itu untuk menyuarakan ideologi diskriminatif dan kebencian terhadap Muslim khususnya.
"Saya khawatir sekali lagi keluarga saya dan saya akan menjadi pihak yang menerima tindakan ini," bebernya.
Britain First sebelumnya menyampaikan pandangan tentang Muslim dan Islam di Eropa. Mereka menyebutkan, "Ada kanker yang bergerak di Eropa dan itu adalah Islam. Anak-anak kita dibom, anak-anak kita sedang dipersiapkan dan pemerintah kita tidak melakukan apa-apa. Kejahatan tidak akan menang."
"Ideologi mereka, ujaran kebencian mereka, retorika mereka melawan Islam dan Muslim kini telah dilegitimasi dan dibuat resmi dan sebagai seorang wanita Muslim yang terlihat, ini sangat menakutkan saya," jelas Peerbacos.