IHRAM.CO.ID, DAMASKUS -- Negara-negara Barat meminta Pemerintah Suriah mengizinkan pemeriksaan pengawas senjata kimia. Negara tersebut dikatakan terus melanggar kewajibannya kepada pengawas senjata beracun dunia.
Dilansir di The New Arab, Selasa (5/10), Suriah menghadapi tekanan baru di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) setelah menolak visa untuk anggota tim inspeksi yang akan dikirim ke Damaskus akhir bulan ini.
"Sangat penting Suriah mengeluarkan visa tanpa halangan atau penundaan," kata Duta Besar Inggris Joanna Roper pada pertemuan di Den Haag dewan eksekutif negara-negara anggota OPCW.
Roper juga meminta Suriah menjelaskan nasib dua tabung klorin yang diidentifikasi sebagai bukti dalam serangan senjata kimia di kota Douma pada 2018. Suriah baru-baru ini mengatakan kepada OPCW bahwa dua silinder telah dihancurkan dalam serangan yang tidak ditentukan di salah satu fasilitas senjata kimianya sendiri pada Juni tahun ini. Lebih dari 40 orang tewas dalam insiden Douma, mendorong negara-negara Barat untuk melepaskan rentetan rudal di tiga fasilitas senjata kimia yang diduga dijalankan oleh rezim Presiden Bashar al-Assad.
Direktur Jenderal OPCW Fernando Arias mengatakan pengawas mencatat dengan prihatin penundaan dalam diskusi dengan Damaskus. Regulator tidak akan mengirim tim inspeksi ke Suriah kecuali mendapat visa untuk semua anggota. Arias menambahkan deklarasi Suriah tentang senjata kimia yang tersisa tidak dapat dianggap akurat dan lengkap karena apa yang disebutnya kesenjangan, inkonsistensi, dan perbedaan yang masih belum terselesaikan.
Pemerintahan Assad terus menyangkal penggunaan senjata kimia dan menegaskan telah menyerahkan persediaan senjatanya berdasarkan perjanjian 2013. Langkah yang didorong oleh dugaan serangan gas sarin yang menewaskan 1.400 di pinggiran kota Damaskus, Ghouta.
Sementara itu, London dan Washington kembali meminta kejelasan Moskow setelah peristiwa keracunan kritikus Kremlin yang dipenjara, Navalny, setahun lalu. Tapi Moskow selalu membantah campur tangan. "Federasi Rusia harus menjelaskan penggunaan senjata kimia terhadap Navalny di tanahnya, menyatakan senjata kimia yang tersisa termasuk agen Novichok," kata Duta Besar AS Joseph Manso dalam sebuah pernyataan.