Sabtu 09 Oct 2021 03:29 WIB

Masjid Agung Samara Rentan Jadi Korban Krisis Timur Tengah

Masjid Agung bisa menjadi korban arkeologi lain dari krisis Timur Tengah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
 Masjid Agung Samarra, Irak.
Foto: wordpress.com
Masjid Agung Samarra, Irak.

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Beberapa mil di luar Baghdad, berdiri sebuah menara spiral yang elegan dengan desain ramping. Menara itu seolah menyangkal fakta bahwa bangunan itu awalnya dibangun lebih dari 1.000 tahun yang lalu.

Khalifah Abbasiyah Al-Mutawakkil, seperti dikutip dari Times of India, melarikan diri dari Baghdad pada abad ke-9 setelah konflik dengan penduduk setempat, dan pindah ke kota Samarra. Dia tinggal di sana selama setengah abad dan mulai menghiasi kota dengan istana dan karya besar lainnya, termasuk Masjid Agung, masjid terbesar di seluruh Islam.

Baca Juga

Meliputi area seluas sekitar 38.000 mil persegi, Masjid Agung Samarra ini tidak diperbaiki sampai kehancurannya 400 tahun kemudian di tangan invasi Mongol pada tahun 1278. Semua yang tersisa dari Masjid Agung adalah dinding luar dan menara spiral, yang disebut menara.

Tinggi dindingnya lebih dari 30 kaki dan tebalnya hampir 10 kaki. Mereka akan menempatkan lorong-lorong masjid yang luas dan mosaik kaca biru tua di lantai. Menara ini tingginya sekitar 170 kaki, dengan jalur spiral yang mulus hingga ke puncaknya. Konon Al-Mutawakkil gemar menunggangi keledainya ke atas untuk menikmati pemandangan Samarra dan ciptaannya yang indah.

Meskipun Masjid Agung tidak digunakan lagi setelah invasi Mongol, menara itu berdiri kokoh dan menjadi simbol Islam dan Irak. Itu tetap menjadi salah satu menara tertinggi di daerah itu, yang menyebabkan keterlibatannya dalam perang lain, kali ini hampir satu milenium setelah masjid asli digeledah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement