Kamis 21 Oct 2021 09:15 WIB

Maksimalkan Potensi Masjid dengan Teladani Rasulullah

Masjid memainkan paranan maksimal dalam mewujudkan peradaban

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali.
Foto:

Hal ini berarti bahwa ilmu seseorang  itu bukan sebuah jaminan untuk menjadikannya memiliki wawasan atau cara pandang yang benar dan luas. Bahkan tidak jarang ilmu seseorang menjadikannya terkungkung dalam perasaan paling tahu. 

Di sìnilah masjid harus menjadi pusat pengembangan wawasan. Jamaah harus dibiasakan untuk terbuka, termasuk membuka wawasan. Sehingga ketika ada masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan yang timbul akan disikapi secara luas dan dewasa. 

Kedua, masjid harus menjadi pusat untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat. 

Ketika Al-Quran menyampaikan urgensi untuk mengembangkan masjid, Al quran justru memakai kata “ya’muru” (at-Taubah: 18).  Kata ini berarti meramaikan, mengembangkan, membangun.

Tapi arti yang paling populer adalah memakmurkan itu sendiri. Kata ini sendiri mengindikasikan bahwa masjid harus berperan sebagai pusat kamakmuran atau pemakmuran. Tentu bukan saja masjidnya tapi yang terpenting adalah jamaah masjid itu. 

Dengan itu harus dipahami bahwa masjid itu sekaligus memiliki tanggung jawab memakmurkan jamaahnya. Bukan justru masjid megah di mana-mana. Tapi masyarakat yang ada di sekitarnya menjadi masyarakat yang papah. 

Ketiga, masjid harus menjadi perekat ukhuwah dan kesatuan Umat. 

Ketika masjid dipahami sebagai tempat berjamaah maka pemahaman itu harus lebih dari sekedar pemahaman ritual semata. Bahwa sholat jamaah itu lebih afdhol dari shalat sendirian hingga 27 kali lipat, tidak saja dari perspektif  kuantitas pahalanya. Tapi kualitas nilai ukhuwah dan jamaah atau kebersamaan yang terbangun. 

Karenanya masjid harus dijadikan dorongan moral untuk merajut dan menguatkan ukhuwah. Sehingga diharapkan pesan-pesan masjid akan selalu terasa menyejukkan ukhuwah dan kesatuan Umat.

Termasuk tentunya perlunya kedewasaan dalam menyikapi perbedaan yang ada, termasuk perbedaan madzhab. Bahkan perbedaan madzhab politik sekalipun. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement