Kamis 21 Oct 2021 09:15 WIB

Maksimalkan Potensi Masjid dengan Teladani Rasulullah

Masjid memainkan paranan maksimal dalam mewujudkan peradaban

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali.
Foto:

Keempat, masjid harus menjadi pusat pengembangan keilmuan dan pemikiran. 

Di negara-negara Asia Selatan masjid besar biasanya dinamai Jaami. Kata itu tentunya diambil dari kata jama’ah. Tapi kata ini juga melahirkan kosa kata yang baru, yaitu Jaa’miah yang berarti universitas. 

Hal ini mengindikasikan bahwa masjid memang harus menjadi pusat pengembangan keilmuan dan pemikiran. Bukankah salah satu aspek masjid Rasulullah SAW (masjid An-Nabawi) yang terkenal adalah Raudhoh. Sebuah tempat khusus di dekat mihrab. Bahkan dijuluki sebagai Raudhoh min riyadhil al-Jannah atau taman dari taman-taman syurga. 

Kelima, masjid juga harus menjadi pusat keamanan dan perdamaian. 

Ketika Allah menggambarkan masjidil haram dalam Al-Quran, Allah menyebutkan bahwa siapa yang memasukinya dia akan aman. Para Ulama mengatakan bahwa ketika seseorang masuk ke masjidil haram (dan masjid-masjid lainnya) maka dia bertanggung jawab untuk mewujudkan keamanan  dan kedamaian.  

Bahwa keamanan dan kedamaian akan dirasakan tidak saja orang-orang yang ada di masjid (orang-orang beriman). Tapi dengan komitmen dan karakter kedamaian orang-orang atau ahli masjid menjadikan masyarakat sekitar merasa aman dan damai termasuk  mereka yang non muslim. 

 

Itulah beberapa hal yang harus diperankan oleh masjid jika diharapkan bahwa masjid itu akan menjadi pilar bangkitnya peradaban manusia. Sayang masjid saat ini dipahami secara parsial dan sempit. Sehingga terasa keberadaan masjid itu kurang maksimal, bahkan naif dalam mewujudkan harapan bagi kebangkitan peradaban Islam itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement