Tapi, kata Eko, penjelasan Menkes Budi itu belum jadi kesepakatan resmi antarkedua negara. Arab Saudi hingga kini masih membahas apakah jamaah asing yang menggunakan Sinovac dan Sinopharm perlu disuntik booster (penguat) dengan vaksin yang dipakai di Saudi.
"Jadi sampai nanti ada kesepakatan mengenai booster, jamaah asing belum bisa masuk," kata Eko.
Untuk diketahui, Arab Saudi menggunakan empat merek vaksin, yakni Pfizer, Moderna, AstraZeneca, dan Johnson & Johnson. Saudi pun mengizinkan jamaah asing yang menggunakan empat merek vaksin tersebut melaksanakan umroh tanpa perlu dikarantina.
"Sekarang ini ada (jamaah dari) 13 negara yang masuk ke Saudi. Mereka semua pakai vaksin yang empat merek dipakai oleh Saudi. Jadi tidak ada booster, tidak ada karantina, dan alhamdulilah sekarang semua lancar," ujar Eko.
Direktur Bina Haji dan Umroh Kementerian Agama Nur Arifin juga menyebut ihwal vaksin ini masih jadi subjek diplomasi antara Menkes Budi dan Menkes Arab Saudi. Di sisi lain, Kementerian Agama kini mulai mempersiapkan rencana suntik booster jika diplomasi itu gagal.
"Saat ini kita sedang dalam posisi menunggu diplomasi Pak Menkes yang menawar agar tidak ada booster bagi pengguna Sinovac dan Sinopharm, mudah-mudahan berhasil," kata Nur pada kesempatan sama.