Terowongan Silaturahim tersebut tidak hanya menjadi penghubung dan penyambung dua rumah ibadah tersebut. "Terowongan tersebut juga menjadi simbol kerukunan antar umat beragama Islam dan Katolik," ujar Diana
Diana menceritakan, saat pembangunan konstruksi Terowongan Silaturahim tersebut juga melibatkan Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR. Koordinasi tersebut untuk mengatasi persoalan pondasi dan struktur bangunan.
Diana menyebutkan Gereja Katedral dibangun sejak masehi dengan menggunakan pondasi dangkal. "Kalau kita membangun terowongan otomatis harus ngebor. Ini suatu tantangan buat kami yang melakukan pembangunan makanya dalam pelaksanaannya kami Cipta Karya tidak bisa melakukan sendirian," ungkap Diana.
Diana menuturkan, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR melakukan perencanaannya. Sementara Ditjen Cipta Karya juga mendamping untuk pembangunan terowongan tersebut.