Jumat 29 Oct 2021 20:44 WIB

Haji Ismail Mundu, Teladan Masyarakat Kubu (I)

Haji Ismail Mundu berjasa besar dalam menyebarkan syiar Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Setelah puas menuntut ilmu di Tanah Suci, Haji Is mail Mundu dan istrinya kembali ke Indonesia. Pertama-tama, mereka berlabuh di Sulsul. Untuk beberapa waktu, ulama tersebut menyempatkan diri ber guru kepada Tuan Umar Sumbawa di Tanah Bugis.

Qadarullah, Hj Aisyah berpulang ke rahma tullah. Seperti almarhumah Ruzlan, wanita ini wafat tan pa meninggalkan keturunan. Sesudah itu, Haji Is mail kembali ke Pontianak. Di desa setempat, Sungai Kakap, dirinya menikah dengan sepupunya yang bernama Hafifa binti Haji Sema'ila.

Dari pernikahan tersebut barulah Haji Ismail dikaruniai tiga orang anak. Dua orang di antaranya adalah laki-laki, yakni Ambo' Saro dan Ambo' Sulo.Seorang lagi merupakan perempuan yang bernama Fatma. Saat melahirkan putranya yang ketiga, Hafifa mengembuskan napas terakhir. Ternyata, ujian tidak berhenti di sana. Seluruh anak dai tersebut kemudian wafat dalam usia yang relatif muda. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dirinya tidak memiliki keturunan.

Bagaimanapun, ia tetap meyakini bahwa pernika han adalah anjuran Islam. Dengan menikah, seseorang telah menyempurnakan separuh agamanya.Karena itu, Haji Ismail ingin berumah tangga lagi. 

 

Mubaligh ini kemudian menikah dengan seorang wanita yang berkebangsaan Arab dari suku Natto. Namanya, Hajjah Asmah binti Sayyid Abdul Kadir. Pasangan suami-istri ini kemudian bertolak ke Tanah Suci untuk menunaikan haji. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Haji Ismail untuk melan jutkan pelajarannya dengan Sayyid az-Zawawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement