Jumat 29 Oct 2021 20:44 WIB

Haji Ismail Mundu, Teladan Masyarakat Kubu (I)

Haji Ismail Mundu berjasa besar dalam menyebarkan syiar Islam.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama tempo dulu mengajar para santrinya.
Foto:

Masa muda

Sejak kecil, potensi Ismail untuk menjadi seorang ulama besar sudah terlihat jelas. Selama tinggal di Sulawesi, dirinya dikenal sebagai pribadi yang ge mar belajar. Dukungan dari kedua orang tuanya ju ga berperan besar dalam membentuk wataknya itu.

Ismail kecil belajar kepada sejumlah guru. Di antara para ustaz yang menjadi tempatnya menuntut ilmu-ilmu agama ialah KH Muhammad bin Haji Ali. Darinya, ia belajar membaca dan menghafalkan Alquran. Dalam waktu relatif singkat, pemuda ini berhasil menjadi seorang hafiz dengan kemampuan qiraat yang sangat baik.

Di samping itu, ia juga belajar kepada Haji Abdul Ibnu Salam di Kakap. Pontianak. Ulama yang juga dikenal dengan nama Haji Abdullah Bilawa terus menjadi gurunya hingga ajal menjemput.Selanjutnya, Islam juga berguru kepada Tuan Umar Sumbawa dan Makabro alias Puang Lompo, yang berasal dari suku Bugis.

Dari Kalimantan, Ismail muda meneruskan rihlah intelektualnya ke Tanah Suci. Waktu itu, usianya masih belia, yakni 20 tahun. Sesampainya di Makkah al-Mukarramah, dirinya ikut menunai kan ibadah haji. Usai musim haji, pemuda ini meng ikuti berbagai macam halakah keilmuan, baik di Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwarah.

Di antara guru-gurunya selama di perantauan ialah Sayyid Abdullah Az-Zawawi, seorang mufti Makkah kala itu. Dalam masa belajarnya itu, ia men dapatkan jodoh, yakni Ruzlan. Perempuan itu berasal dari suku Habsyi. Namun, Ruzlan beberapa ta hun kemudian wafat tanpa meninggalkan keturunan. Ismail kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan dari Pulau Sarasan, yakni Hajjah Aisyah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement