Tetapi bagaimana masyarakat menanggapi tantangan itu juga membawa rasa bangga yang besar. Terlepas dari krisis ekonomi yang dipicu oleh pandemi, komunitas tahun lalu menyumbang 51 juta dolar dalam bentuk zakat atau sedekah, yang memungkinkan Muis menyalurkan uangnya kepada mereka yang membutuhkan bantuan. Pada 2019, jumlah yang disumbangkan Muis sebanyak 46,5 juta dolar.
Ke depan, Esa melihat ada dua tantangan besar bagi masyarakat. Ada isu peluang dan mobilitas sosial untuk segmen tertentu dari komunitas Muslim, dan infiltrasi ajaran agama dan ideologi dari luar negeri yang mungkin tidak cocok dalam konteks multi-agama Singapura.
Menurutnya, pada akhirnya, menjaga kepercayaan masyarakat adalah yang paling penting. Hal ini dapat dilakukan dengan tanggap terhadap perubahan kebutuhan masyarakat dan menjaga saluran komunikasi tetap terbuka.
"Kami di sini untuk melayani komunitas Muslim, kami di sini untuk memastikan bahwa komunitas Muslim berhasil sebagai bagian dari masyarakat multikultural, multiras. Dan ketika komunitas Muslim berhasil, itu akan membantu memastikan kesuksesan Singapura juga," kata Esa.
Dalam 11 bulan Kadir berada di Muis, pertama sebagai wakil kepala eksekutif kemudian ditunjuk sebagai kepala eksekutif. Sebagian besar pekerjaannya berpusat pada mencapai semacam keadaan normal bagi masyarakat di tengah pandemi.
"Jadi bagi saya, untuk masuk ke organisasi pada tahap ini di mana kita masih bergulat dengan Covid-19 dan memasuki fase endemik, saya pikir tantangannya adalah menggalang masyarakat bahwa ini adalah tantangan yang selalu bisa kita atasi jika kita bekerja bersama-sama,” kata Kadir.