Rabu 03 Nov 2021 16:00 WIB

Taliban Larang Penggunaan Mata Uang Asing di Afghanistan

Taliban melarangan penggunaan mata uang asing di Afghanistan.

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Agung Sasongko
 Seorang pedagang penukaran mata uang menghitung Afgani ketika orang-orang berkumpul untuk menarik uang dari sebuah bank di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Seorang pedagang penukaran mata uang menghitung Afgani ketika orang-orang berkumpul untuk menarik uang dari sebuah bank di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Taliban melarangan penggunaan mata uang asing di Afghanistan.  "Islamic Emirate menginstruksikan semua warga, pemilik toko, pedagang, pengusaha dan masyarakat umum untuk melakukan semua transaksi di Afghanistan dan secara ketat menahan diri menggunakan mata uang asing. Siapa pun yang melanggar perintah ini akan menghadapi tindakan hukum," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, dilansir Aljazeraa, Rabu (3/11).

Penggunaan dolar AS tersebar luas di pasar Afghanistan. Sementara daerah perbatasan menggunakan mata uang negara tetangga, seperti mata uang Pakistan untuk perdagangan.

Baca Juga

Keputusan itu berdampak buruk pada sistem perawatan kesehatan Afghanistan dan sektor lainnya. Mereka berjuang untuk melanjutkan operasional di tengah pengurangan bantuan internasional. Mantan Wakil Menteri Industri dan Perdagangan, Sulaiman Bin Shah, mengatakan, orang-orang Afghanistan membayar harga yang sangat mahal karena lambatnya proses diplomatik dan negosiasi.

Pemerintah Taliban mendesak Amerika Serikat (AS) untuk melepaskan cadangan bank sentral Afghanistan senilai miliaran dolar. Pemerintah Afghanistan sebelumnya yang didukung Barat, telah memarkir aset negara senilai miliaran dolar di Federal Reserve Amerika Serikat dan bank sentral lainnya di Eropa. 

Selain itu, sejak Taliban kembali berkuasa, AS, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), memutuskan memblokir Afghanistan untuk mendapatkan aset dan pinjaman senilai lebih dari 9,5 miliar dolar AS. Kepergian pasukan pimpinan AS dan donor internasional, telah meninggalkan Afghanistan tanpa hibah yang membiayai tiga perempat belanja publik.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement