IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Isu perubahan iklim menjadi salah satu perhatian penting di Timur Tengah. Merespons isu tersebut, Negara-negara di Timur Tengah meneken deklarasi Islam untuk Perubahan Iklim yang dibuat di Istanbul, Turki, pada 2015 lalu.
Pada deklarasi tersebut, negraa-negara Timur Tengah komit membangun masa depan emisi gas rumah kaca yang rendah, dan mengambil langkah-langkah yang jelas menuju strategi energi terbarukan.
Maroko, yang menjadi tuan rumah COP22 pada 2016, memiliki sekitar 50.000 masjid di seluruh negeri. Menjelang acara pada tahun 2014, berjanji untuk memasukkan desain ramah lingkungan, seperti panel surya dan pencahayaan LED ke dalam masjid yang ada dimulai dengan 600 di bawah proyek Masjid Hijau. Inisiatif ini merupakan kerja sama antara Kementerian Agama negara tersebut dan pemerintah Jerman.
Sejauh ini lebih dari 890 masjid telah dimodifikasi menjadi lebih hemat energi, dan satu masjid ramah lingkungan yang dibangun sangat efisien, menjadi masjid energi-plus, yang berarti telah menciptakan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi. Mereka termasuk Jami'a al-Kutubiyya abad ke-12 yang bersejarah di Marrakesh, yang memiliki panel surya yang ditambahkan ke strukturnya pada tahun 2017.
Satu jam ke selatan Marrakech di desa kecil Tadmamet adalah masjid ramah lingkungan pertama di Maroko dengan panel tenaga surya fotovoltaik di atapnya. Dibangun pada tahun 2017, masjid ini sekarang menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dikonsumsi dan juga menyediakan listrik ke bagian lain desa yang berpenduduk 400 orang.
Negara ini mengimpor sekitar 90 persen energinya dari berbagai negara termasuk AS dan Arab Saudi, tetapi sedang berupaya untuk memproduksi 52 persen energinya menggunakan sumber terbarukan pada tahun 2030.