Meskipun sebagian besar wanita di Afghanistan mengenakan jilbab di depan umum, pernyataan Taliban bahwa wanita harus mengenakan "jilbab Islam" sering ditafsirkan konservatif. Di masa lalu, ini mengkhawatirkan aktivis hak-hak perempuan yang mengatakan istilah itu tidak jelas dan dapat ditafsirkan secara konservatif.
Aturan itu menuai kritik dari pengawas hak asasi internasional Human Rights Watch (HRW). Pihaknya menilai kebebasan media memburuk di negara itu.
"Hilangnya ruang untuk perbedaan pendapat dan semakin buruknya pembatasan bagi perempuan di media dan seni sangat menghancurkan," kata Direktur asosiasi Asia di HRW Patricia Gossman.
Meskipun para pejabat Taliban telah berusaha untuk meyakinkan secara terbuka bahwa hak-hak perempuan akan dilindungi, banyak pendukung dan perempuan tetap meragu. Selama pemerintahan Taliban sebelumnya, pembatasan ketat ditempatkan pada kemampuan perempuan untuk meninggalkan rumah, kecuali ditemani oleh kerabat laki-laki, atau untuk menerima pendidikan.