Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Kini, waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB. Rombongan harus bergegas agar dapat berbuka puasa bersama di masjid terakhir yang akan dikunjungi.
Rombongan pun kemudian melangkah untuk melihat sejenak masjid bersejarah lainnya yang ada di wilayah Pekojan, yakni Masjid Langgar Tinggi. Arti kata 'langgar' berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring adalah masjid kecil tempat mengaji atau shalat, tetapi tidak digunakan untuk shalat Jumat.
Saat didirikan pada 1829, bangunan ini awalnya hanya merupakan mushala. Tapi, sejak 1859, bangunan ini direnovasi dan dijadikan masjid. Masjid ini didirikan atas prakarsa Abu Bakar Shihab, seorang pedagang asal Yaman.
Letaknya berada di antara Jalan Pekojan dan Kali Angke, membujur dari barat ke timur, sejajar dengan jalan dan kali. Bangun an masjid pun memiliki dua tingkat. Masjid berada di tingkat kedua. Sementara, di ba wah nya saat ini digunakan sebagai toko-toko yang menjual minyak wangi khas Timur Tengah.
"Kali Angke dulunya merupakan jalur perdagangan. Sehingga, saat itu Langgar Tinggi dibangun dua lantai. Di atasnya di ja dikan tempat shalat, sementara lantai bawah dijadikan penginapan," papar Sofiyan.
Langgar Tinggi telah masuk dalam benda cagar budaya oleh pemerintah. Saat ini, bangunannya pun sedang dalam tahap renovasi. Terdapat unsur Eropa, Tionghoa, dan Jawa dalam bangunan Langgar Tinggi.