Senin 13 Dec 2021 03:01 WIB

Muslimah dan Tantangan dalam Peran Strategis

Ada isu-isu sensitif yang mungkin tidak berani dibicarakan perempuan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Muslimah
Foto:

"Ada isu-isu sensitif yang mungkin tidak berani dibicarakan oleh sebagian dari mereka bahkan dengan ibu atau saudara perempuan mereka. Tapi tidak ada rasa malu di antara kita. Saya memberi tahu mereka, 'Saya saudara perempuan Anda. Saya adalah teman Anda. Saya ibumu'," katanya.

Direktur institut Mohammed VI Abdesselam Lazaar, seorang pria, mengatakan layanan "mourchidat" sangat diminati. "Para wanita di sini di Maroko sangat tertarik untuk menghafal Al-Qur'an dan belajar tentang agama," tuturnya.

Di belahan dunia lain di Amerika Serikat, Samia Omar, yang menjadi pembimbing agama Islam wanita pertama di Universitas Harvard pada 2019, juga mengungkapkan soal bagaimana kalangan perempuan Muslim bisa merasa lebih dekat dengan pembimbing agama.

Para mahasiswi senang bisa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal seperti menstruasi kepadanya daripada kepada seorang pria. "Saya melayani dan mengajar gadis-gadis dan wanita muda ini dengan cara yang saya harap wanita lain akan membantu mengajar putri-putri saya nanti," katanya.

Omar tidak selalu berencana untuk menjadi pemimpin agama. Namun lika-liku hidupnya, termasuk pernikahan yang penuh kekerasan, perceraian, dan kehilangan seorang putri karena kanker, membawanya pada panggilan yang sekarang ia praktikkan bersama suaminya saat ini, yang juga menjabat sebagai pembimbing Muslim.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement