Anggota Komite Fatwa Tetap untuk Majelis Ahli Hukum Muslim di Amerika (AMJA), Hatem Al-Hajj menyebutkan sebuah hadits riwayat Bukhari, dari Aisyah (ra dengan dia) bahwa dia berkata, "Bagian pertama dari Alq ur'an yang turun adalah satu juz dari al-mufassal (surah-surah pendek Alqur'an), di mana disebutkan tentang Surga dan Neraka. Kemudian, ketika manusia kembali kepada Tuhannya, diturunkan ayat-ayat yang halal dan haram. Seandainya wahyu yang pertama adalah tidak meminum khamar, mereka akan berkata: Kami sekali-kali tidak akan meninggalkan khamar, dan seandainya, jangan melakukan zina, mereka akan berkata: Kami tidak akan pernah meninggalkan zina.”
Pertama, meminta bantuan seorang ustaz atau orang yang lebih paham agama
"Berdasarkan hadits ini, saya menyarankan untuk tidak membanjiri seorang Mualaf dengan rincian Syariah. Sebagai seorang teman kita dapat meminta orang yang berpengetahuan untuk membimbing mualaf, seseorang seperti kakak,"ujar dia.
Sehingga tidak membuatnya bingung. Dan ini lebih baik dibandingkan dengan meminta banyak orang untuk mengajarinya hal-hal berbeda yang mungkin bertentangan.
Kedua, jelaskan sesuai kemampuan dan hanya ketika ditanya
Namun bukan berarti dengan mengingatkan soal hal - hal haram salah apalagi saat mualaf bertanya. Karena memang Allah memerintahkan demikian dan bukan dusta.
Sebagaimana firman Allah SWT surat An Nahl ayat 116,
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.